REPUBLIKA.CO.ID, Para pengunjuk rasa bakal menggeruduk istana Presiden Hosni Mubarak yang diikuti televisi negara dan saluran radio di Kairo menyusul penolakan Presiden Hosni Mubarak untuk mundur.
Para pengunjuk rasa marah dan berbaris menuju istana presiden di pinggiran kota Kairo dari Heliopolis di tengah pengamanan ketat pasukan pengamanan presiden (Paspampres) yang melindungi istana presiden, kata seorang koresponden berita TV.
Dalam sebuah siaran televisi Kamis (10/2) petang kemarin, pria 82 tahun tersebut enggan meletakkan jabatannya sebagai presiden yang sudah diembannya selam lebih dari30 tahun, dan ia memberikan kekuasaannya kepada wakil presiden Omar Sulaiman.
Selama pidato penolakan mundur tersebut, sekitar seratus pengunjuk rasa melepas sepatunya dan melemparkannya ke arah layar yang memutar pidato Mubarak dan berterial, "turunkan MUbarak, pergi, pergi!"
Beberapa pengunjuk rasa lainnya menyerukan pemogokan umum langsung dan menuntut tentara, yang telah mengerahkan sejumlah besar pasukannya untuk menghadapi para pengunjuk rasa, "tentara Mesir, pilihan sekarang rezim atau orang-orang."
Langkah tersebut diambil sebagai komentar yang dikeluarkan Suleiman. "Saya berkomitmen untuk melakukan apapun yang diperlukan untuk menjamin pengalihan kekuasaan secara damai sesuai dengan konstitusi," kata wakil presiden.
Sementara itu, pengunjuk rasa berjanji untuk memulai protes mereka yang paling spektakuler di Kairo pada Jumat ini untuk menuntut Mubarak mundur dan wakilnya yang baru saja diangkat.
Beberapa kota-kota Mesir, termasuk ibukota Kairo, Alexandria dan Suez telah menjadi tempat sebuah revolusi besar-besaran
selama 17 hari terakhir dengan jutaan orang tumpah ke jalan-jalan, menyerukan segera mundurnya Mubarak setelah selama tiga dekade memerintah yang didukung AS.
Menurut PBB, setidaknya 300 orang sejauh ini telah tewas dan ribuan lainnya terluka selama nasional protes di Mesir.