REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO - Presiden Hosni Mubarak dan keluarga kabur dari Mesir melarikan diri ke Sinai. Mereka diduga kabur melalui landasan udara militer dan menyeberangi Laut Merah. Mereka diduga berlindung di Sharm el-Sheikh. Yakni, sebuah kota di ujung selatan semenanjung Sinai, Mesir, di sepanjang pesisir antara Laut Merah dan gunung Sinai.
Pelarian ini dilaporkan oleh televisi setempat Al Arabiya pada Jumat, (12/2). Al Arabiya mengatakan telah mengkonfirmasi kedatangan presiden Hosni Mubarak dan keluarganya di Sharm el-Sheikh.
Hal ini akibat gelombang protes dari para demonstran yang tak kunjung usai. Dalam laporannya, Al Arabiya menyebutkan demonstran masih berada di sekitar istana Hosni Mubarak. Bahkan, para demonstran mengepung istana.
Mereka marah karena Mubarak tetap enggan turun hingga pemilihan presiden pada September mendatang. Padahal, para demonstran yang jumlahnya ribuan itu sudah mengepung Kairo dan Alexandria.
Pihak militer pun sampai saat ini masih bertahan dan menunjukan loyalitasnya terhadap Mubarak. Padahal, militer sudah diminta untuk ikut bertindak menggulingkan presiden. Terlebih lagi setelah Mubarak pada Kamis malam mengumumkan akan menyerahkan sebagian besar kekuasaannya ke Wakil Presiden Omar Suleiman.
Namun, pernyataan itu tetap tak memuaskan para demonstran karena presiden tak kunjung lengser. “Apa yang kalian tunggu,” teriak salah satu demonstan yang berhadapan langsung dengan militer di kediaman Mubarak di Oruba, Kairo Utara. “Apa kalian lebih setia pada presiden atau rakyat?”
Awalnya tidak diketahui apakah Mubarak di kediamannya di Kairo atau bahkan di gedung pemerintahan. Setidaknya ketidakjelasan itu berlangsung selama tiga hari belakangan. Apalagi, akses untuk mengetahui keberadaan presiden dan keluarga Mubarak benar-benar tertutup dan dilindungi empat mobil tank dan gulungan kawat berduri.
Militer pun tak melakukan apapun untuk bisa mencegah gelombang demonstrasi yang sudah berlangsung sekitar tiga pekan. Para demonstran telah menduduki pusat kota yakni Tahrir Square. Mereka terus meneriakan agar Mubarak turun.