REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO--Mahasiswa Indonesia, yang belakangan ini mencemaskan keselamatan mereka terkait krisis politik di Mesir, menyatakan lega atas mundurnya Presiden Hosni Mubarak. "Alhamdulillah, sedikit lega meskipun kami tetap waspada karena ini masih dalam masa transisi," kata Ketua Umum Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir kepada ANTARA di Kairo, Jumat malam.
Pernyataan senada diutarakan oleh Ketua Kesepakatan Keluarga Minang (KMM) Alnofiandri Dinar, LC. "Perasaan kami anggota KMM mengharu-biru ikut lega dan menyambut gembira atas berakhirnya unjuk rasa yang ditandai mundurnya Presiden Mubarak," kata Alnofiandri yang memimpin organisasi kekeluargaan beranggotakan 380 mahasiwa itu.
Sementara itu, Duta Besar RI untuk Mesir, A.M. Fachir memuji sikap kenegarawanan Presiden Mubarak yang telah berkuasa 30 tahun sejak 1981 tersebut. "Pengunduran Kepala Negara Mesir itu menunjukkan kenegarawanan beliau yang dengan lapang dada menerima keinginan rakyat," katanya.
Dubes Fachir, yang akan mengakhiri masa tugasnya sebagai kepala perwakilan RI di Mesir pada bulan ini, tak luput meminta mahasiswa untuk tetap waspada dan mawas diri di negeri orang rantau itu. Sebelumnya, para mahasiswa Indonesia di Mesir dalam pertemuan dengan Ketua Satuan Tugas (Satgas) Evakuasi warga negara Indonesia (WNI) pada Kamis (10/2), menyampaikan kecemasan mereka atas keamanan terkait krisis di Mesir.
Krisis politik Mesir yang telah berlangsung sejak tiga pekan lalu memaksa pemerintah Indonesia untuk mengevakuasi WNI termasuk mahasiswa ke Indonesia. Satgas telah melakukan enam kloter evakuasi yang mengangkut 2.600 WNI, sebagian besar di antaranya adalah mahasiswa.
Sehari menjelang mundurnya Mubarak, situasi keamanan di Mesir tidak menentu akibat banyaknya rumor di masyarakat, antara lain kudeta militer. Para polisi juga tidak tampak pada hari Jumat (11/2) ketika jutaan pengunjuk rasa turun ke jalan seusai shalat Jumat menuntut Mubarak mundur.
Polisi menghilang sejak 28 Januari, dan dalam dua pekan terakhir sudah mulai bertugas tapi tidak sepenuhnya, dan terbatas pada pengaturan lalu lintas di sebagian jalan di ibu kota Kairo. Selain itu, ribuan tahanan yang melarikan diri dari penjara juga menghantui keselamatan masyarakat.
Wakil Presiden Mesir pada Jumat (11/2) malam mengumumkan pengunduran diri Mubarak dan penyerahaan kekuasaan kepada Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata pimpinan Marsekal Mohamed Hussein Tantawi.