REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Ketua Umum Pengurus Besar Pegerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII), Muhammad Rodli Kaelani, menyesalkan semakin seringnya agama dieksploitasi menjadi 'kambing hitam'. Agama terus menerus dipakai sebagai sasaran pengalihan isu jika ada kepentingan tertentu oleh para elite.
"Karenanya bagi kami, aksi-aksi kekerasan dan tragedi kemanusiaan berjubah simbol-simbol agama di Pandeglang dan Temanggung itu tidak bisa dilepaskan dari faktor-faktor struktural yang berkaitan dengan pengelolaan kekuasaan atau tata kenegaraan," ujar Rodli Kaelani di Jakarta, Ahad (13/2).
Mantan aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) yang tengah menuntaskan studi doktornya di Universitas Indonesia (UI), Ferrol Warouw, juga berpendapat bahwa kini semakin enak saja agama dipakai jadi alat politik oleh para elite. ''Karenanya, perlu ada peningkatan kualitas berdemokrasi yang berbarengan dengan peningkatan mutu manusia Indonesia," katanya. Ini penting, lanjut Ferrol Warouw, agar rakyat tak mudah dibodohi atau digiring pada isu-isu yang merangsang fanatisme sempit serta merusak tatanan hidup bermasyarakat di 'Rumah Pancasila' Indonesia.
Untuk mengatasi situasi yang menuju kronis kini, seyogianya pengelolaan negara harus dibenahi. "Yakni menjadi Negara yang melayani semua umat beragama. Bukan selalu menonjolkan 'wajah' penguasa dan gemar dilayani, lalu dikelilingi para elite yang punya kebiasaan rekayasa, terlebih suka memainkan agama untuk tujuan-tujuan politik kekuasaan sesaat," tandas Rodli Kaelani.
Karena itulah, menurutnya, Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) sebagai komponen muda keagamaan-kebangsaan menegaskan lima sikapnya. "Pertama, dalam jangka pendek, yakni dalam waktu yang singkat, negara harus melakukan penegakkan hukum dan keadilan sosial," tegasnya.
Yaitu, lanjutnya, dengan menangkap pelaku dan membongkar motif serta dalang kekerasan tragedi Pandeglang maupun Temanggung.
"Kedua, Pemerintah harus segera berlaku tegas dengan membubarkan organisasi-organisasi berwatak anarkis dan anti perbedaan dan kemajemukan," katanya.
Lalu ketiga, menurutnya, dalam jangka panjang, Pemerintah harus bekerja keras untuk pemenuhan kesejahteraan, pencerdasan bangsa, menjamin keamanan, dan kebebasan beragama. "Keempat, mengajak dan menyerukan kepada seluruh organ kepemudaan lintas agama-budaya, agar mengembangkan nilai-nilai persaudaraan dan perlindungan atas kemajemukan dan kebebasan beragama," tandasnya. Selain itu, demikian Rodli Kaelani, mendorong gerakan perlawan sosial terhadap kekerasan atas nama agama dan kelompok.