REPUBLIKA.CO.ID,Sedikitnya 4000 imigran Tunisia mencapai Pulau Lampedusa di Italia dalam beberapa hari terakhir ini. Pemerintah setempat memperkirakan masih ada lagi gelombang pengungsi. Órganisasi bantuan mengritik pemerintah Italia.
Hari Sabtu malam (12/02) di perairan Lampedusa, perahu cepat pengawas pantai berhasil menyelamatkan sekitar 100 penumpang perahu pada saat-saat terakhir. Mereka yang selamat dibawa ke Pulau Lampedusa malam menjelang Minggu (13/02). Penumpang perahu yang lain bernasib sial, ketika perahu tersebut karam di perairan Tunisia hari Sabtu (12/02), yang diduga memakan korban jiwa dua orang.
Sementara itu diperkirakan sekitar 700 manusia perahu mengungsi di Lampedusa. Hari Sabtu juga (12/02), sekitar 800 pengungsi sudah diterbangkan atau dibawa dengan feri ke Italia daratan, ke Brindisi, Foggia, Crotone, dan Bari. Di sana, sudah 1200 pengungsi ditempatkan.
Pemimpin kamp pengungsi Mimmo Zurlo mengatakan, "Kamp penampungan bagi pemohon suaka kami bisa menampung hingga 944 orang. Namun dalam keadaan darurat, kami menyediakan maksimal 1400 tempat tidur."
Situasi serupa juga ditemukan di sejumlah kamp penampungan lainnya. Sebagian besar malah sudah kehabisan tempat. Oleh sebab itu hari Minggu (13/02), Palang Merah Italia mulai membangun tenda-tenda untuk 500 orang di dekat kota Syracus, Pulau Sisilia.
Gelombang Pengungsi Terus Mengalir
Jumlah pengungsi yang datang dengan perahu terus meningkat. Saat ini yang datang melintasi lautan dalam waktu empat hari berjumlah 4000 orang. Walikota Lampedusa menyebutnya sebagai pengungsian berskala raksasa. Walau pun sebutan itu berlebihan, gelombang pengungsi sebesar itu belum pernah terjadi di pulau paling selatan benua Eropa tersebut.
Semua perahu pengungsi datang dari Tunisia, dan sebagian besarnya laki-laki muda. Mereka menceritakan bahwa mereka menghabiskan seribu Euro untuk ongkos menyeberang dan tidak ada pemeriksaan atau penjagaan di pelabuhan Tunisia. Oleh sebab itu, gelombang pengungsi bisa saja terus berlanjut. Dilaporkan hingga sepuluh perahu berikutnya terlihat dari Lampedusa pada Sabtu malam.
Antonio Morana, komandan pasukan penjaga pantai menuturkan, "Kami tidak tahu pasti, tapi jika dilihat apa yang terjadi di sini, diperkirakan semua perahu itu berisi imigran."
TV Pemerintah Tidak Melaporkan Secara Terbuka
Berita utama stasiun televisi pemerintah Italia RAI tidak melaporkan situasi itu secara lengkap dan menyeluruh. Jumlah persis para pengungsi juga tidak disebutkan. Selain itu, laporan mengenai situasi sebenarnya direkayasa dan digambarkan secara keliru. Jumlah pengungsi dikatakan ratusan dan ditempatkan di pusat penampungan imigran. Tapi jumlah sebenarnya adalah ribuan dan pusat penampungan imigran sama sekali tidak ada.
Kamp pengungsi di Lampedusa, yang bisa menampung hingga 2000 orang secara layak, masih ditutup atas perintah Menteri Dalam Negeri Maroni, dengan alasan politis. Padahal kamp penampungan pengungsi itu sudah dinyatakan siap huni. Para pengungsi disebar di sejumlah pusat kegiatan masyarakat, paroki pulau dan bandar udara, atau bahkan diinapkan di dinding pemecah ombak di pelabuhan. Banyak organisasi bantuan yang menuntut dibukanya kembali kamp penampungan pengungsi Lampedusa.
PBB: Situasi di Lampedusa Kritis
Riccardo Clerici, utusan khusus PBB urusan pengungsi mengatakan, "Situasinya kritis, karena jumlahnya banyak dan konsekuensi dari jumlah yang banyak itu. Sebagai wakil PBB kami menuntut agar setidaknya standar minimal kelayakan penampungan para pengungsi dipenuhi, walau pun jika mereka dipindahkan lagi."
Hari Senin (14/02), Italia berencana mengirimkan pasukan perlindungan sipil ke Lampedusa. Sementara itu kepala kepolisian Palermo ditunjuk sebagai komisaris khusus. Juga penerbangan khusus yang membawa pengungsi ke Italia daratan juga dilakukan hari Minggu (13/02).