REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO - Debat sengit sempat meletup antara Alaa dan Gamal Mubarak, dua putra mantan presiden Mesir di dalam istana kepresidenan Kamis, pekan lalu. Debat yang terekam dan disebarkan oleh surat kabar Al Akhbar itu menyangkut pidato terakhir ayah mereka terkait statusnya sebagai presiden.
Hosni Mubarak menurut laporan seharusnya akan mengumumkan pengunduran dirinya dalam naskah pidato yang diberikan militer kepadanya pada Kamis pekan lalu. Namun ternyata putranya, Gamal dan beberapa pejabat tinggi terus menekannya untuk menyampaikan pidato yang berbeda di mana ia bersikeras tetap memegang kekuasaan hingga September.
Dalam rekaman itu, Gamal dan Alaa berdebat sengit hingga hampir berkelahi. Menurut laporan, Alaa menuding Gamal mendorong negara dalam korupsi dengan membantu teman-teman dekat dalam bisnisnya menanjak dengan posisi eselon di kekuasaan politis.
"Bukan malah membantu ayahmu untuk tetap dihormati di akhir hidupnya, kamu justru kian merusak reputasinya," ujar Alaa kepada saudaranya Gamal--yang menjabat kepala komite kebijakan partai.
Debat keduanya begitu keras sehingga hampir setiap orang di dalam istana mendengar mereka, demikian lapor surat kabar. Beberapa pejabat tinggi bahkan turun tangan untuk menenangkan mereka.
Al Akhbar juga menuliskan Gamal berang setelah mendengar rekaman pidato ayahnya--yang siap ditayangkan di televisi malam itu berisi pernyataan ia siap mengundurkan diri.
Menurut laporan, pejabat Amerika pun telah mengetahui dan mengantisipasi pengunduran Mubarak, Namun satu hal yang mereka tidak tahu, rupanya Gamal telah memaksa ayahnya berubah pikiran dan merekam pidato berbeda. Bersikeras tak ingin mundur, itulah pidato Mubarak yang akhirnya ditayangkan Kamis malam pekan laluj, kontan memicu kemarahan rakyat dan kegeraman internasional.
Pasalnya sebelumnya, di hari yang sama Presiden AS, Barack Obama telah mengatakan kepada massa di Michigan bahwa "kita akan menyaksikan sejarah terbentuk", sebuah isyarat jika Mubarak akan mundur. Beberapa jam setelah itu Presien Obama mendengar pernyataan yang membingungkan. Ia terlihat jelas tidak tahu bahwa pidato pengunduran diri Mubarak telah diubah oleh Gamal pada menit terakhir.
Al Alkbhar juga mengutip pernyatan pejabat tinggi Mesir yang mengatakan Mubarak kerap menolak mendengarkan 'saran' dari penasihatnya. Alih-alih ia hampir mendengar semua masukan dari Gamal yang kerap memanfaatkan posisi ayahnya untuk kemunculan figurnya di panggung politik negara.
Selama hari-hari terakhirnya di kantor, Mubarak hampir sepenuhnya terisolasi secara politik dan kerap membuat kesimpulan berbeda dengan tuntutan rakyat yang kian lama kian menguat.