REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA — Juru bicara Ponpes Al Ma’hadul Islam Yayasan Persatuan Islam (Yapi), Muhammad Alwi mengatakan penyerangan yang dilakukan kelompok Aswaja Bangil sudah sejak tahun 2007 lalu. "Karena banyak penanganan kasus penyerangan sebelumnya tidak ada tindak lanjutnya, maka mereka semakin berani dalam bertindak anarkis," katanya.
Ia membeberkan fakta bahwa seperti perusakan Ponpes Al Ma’hadul Islam putri di Bangil sudah dilaporkannya ke polisi. “Namun, polisi tak bertindak dan menangkap orang itu. Padahal sudah diketahui pelakunya pasti orang-orang itu saja,” katanya.
Pelaku yang selalu menebarkan teror, sambung Alwi, dalam aksinya selalu menggunakan atribut dan menamakan dirinya Aswaja Bangil. “Oknum penceramah yang menyebarkan ajaran kebencian itu memang bermasalah dan mengatasnamakan kelompoknya pengikut Aswaja. Tapi, mereka bukan bagian dari Nahdlatul Ulama (NU),” jelasnya.
Ponpes yang dikelolanya merupakan lembaga pendidikan yang terbuka bagi siapa saja dan non sektarian. “Ajaran Syiah hanya sekitar 20 persen. Ajaran Ahlu Sunnah Wal Jamaah (Aswaja) juga diajarkan disini. Semua mahzab dalam Islam diajarkan,” kata Alwi ketika dihubungi, Rabu (16/2).