REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI - Putra Presiden Moamar Khadafi, Seif al-Islam Gadhafi mengecam pemberitaan media asing yang berlebih, dalam soal jumlah korban. Sebelumnya, sejumlah media asing meyebut 84 demonstran tewas selama aksi anti-pemerintah berlangsung. "Banyak fitnah terhadap pemerintah. Aksi ini mengancam Libya kembali ke masa kolonial. Anda akan lihat bagaimana AS dan Eropa akan menempatkan anda nanti," tegas Seif.
Khadafi sendiri telah memerintahkan tentara untuk membasmi pemberitaan yang dinilai sebagai hasutan tersebut. "Harus ada sikap tegas. Ini bukan Tunisia atau Mesir, tapi Libya," tambah Seif.
Putra Khadafi yang ditunjuk sebagai pimpinan menghadapi aksi oposisi ini menuding kalangan barat, islam garis keras, dan pelaku kejahatahatan berada di balik aksi unjuk rasa yang telah berlangsung selama enam hari. Mereka, kata Seif, ingin Libya mundur ke era kolonial—yang mampu dikendalikan Negara lain.
Sementara itu, ratusan ribu pengujuk rasa anti-pemerintah tetap bertahan di sejumlah kota di Libya. Mereka menyerukan aksi tanpa batas waktu, hingga Moamar Khadafi mundur. Sekitar 200 pengacara dan hakim juga larut dalam demonstrasi anti-pemerintah di depan pengadilan Tripoli. Aksi ini mendapat pengawalan ketat dari polisi Libya. Total, pemerintah telah menyebar dua juta tentara dan polisi untuk menumpas aksi massa.