REPUBLIKA.CO.ID,RABAT - Seorang anak pemimpin Libya Muammar Gaddafi, Ahad (20/2), menjanjikan program reformasi setelah unjuk rasa berdarah menentang kekuasaan ayahnya mencapai ibukota.
Saif al-Islam Gaddafi, yang di masa lalu telah mendorong agenda reformasi di Libya dengan keberhasilan yang terbatas, juga mengecam mereka yang berada dibalik tindak kekerasan
Aksi kekerasan telah mengakibatkan tewasnya lebih dari 200 orang selama beberapa hari terakhir. Demikian menurut kelompok hak asasi manusia.
Dia mengatakan protes menentang kekuasaan ayahnya, yang telah terkonsentrasi di timur Libya, mengancam tenggelamnya Libya ke dalam perang saudara. Aksi protes akan membagi Libya menjadi beberapa negara kecil.
Saif al-Islam juga mengakui -suatu bentuk pengakuan pertama dari pejabat Libya- bahwa polisi dan tentara membuat kesalahan dalam menangani aksi unjuk rasa tersebut. Namun, dia mengatakan bahwa laporan yang menyebutkan jika ratusan terbunuh adalah berlebihan.
Ia mengatakan Kongres Rakyat, setara dengan parlemen, akan bersidang untuk membahas sebuah agenda reformasi yang jelas. Sementara, pemerintah juga akan menaikkan upah.