REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA - Investor dari India berminat menjadi mitra Perseroan Terbatas Angkasa Pura dalam membangun bandara internasional di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, untuk menggantikan Bandara Adisutjipto.
"Namun, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) masih melakukan pengkajian," kata Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika (Dishubkominfo) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Tjipto Haribowo, di Yogyakarta, Senin (21/2).
Menurut Tjipto, BKPM masih menjajaki terutama terkait pendanaan, status tanah Pakualaman Ground, dan infrastruktur yang masih pada tahap kesepakatan awal. "Megaproyek pembangunan bandara internasional di Kulon Progo tersebut dianggap cukup krusial. Hal itu karena kondisi bandara internasional Adisutjipto Yogyakarta dalam beberapa tahun ke depan diperkirakan tidak mampu lagi menampung jumlah penumpang," katanya.
Dalam kurun 3-5 tahun ke depan, Tjipto mengatakan jumlah penumpang di Bandara Adisutjipto Yogyakarta diperkirakan mencapai 5,5 juta orang. Sedangkan, kapasitasnya saat ini hanya sekitar tiga juta orang.
"Oleh karena itu, bandara baru dengan kapasitas penumpang lebih dari lima juta orang itu perlu dibangun,'' katanya. ''Realisasi pembangunan bandara baru di Kulon Progo ditargetkan dimulai pada 2012."
Berkaitan dengan hal itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DIY bersama Dinas Perhubungan dan instansi terkait menjajaki kerja sama dengan investor asing dalam proyek pembangunan bandara internasional di Kulon Progo.
"Dipilihnya Kulon Progo sebagai lokasi pembangunan bandara berdasarkan studi kelayakan yang pernah dilakukan pemerintah Republik Ceko. Studi tersebut menghasilkan tujuh lokasi yang terpilih untuk bisa dijadikan bandara," katanya.
Namun, menurut dia, dari tujuh lokasi itu yang dianggap paling memenuhi syarat adalah wilayah Kulon Progo. Itu baik dari segi geokoordinat maupun geometri. "Jika studi kelayakan tersebut masih bisa dipakai, tahun depan diharapkan bandara baru itu bisa segera dibangun di Kulon Progo," katanya.