REPUBLIKA.CO.ID, MADRID - Presiden Israel, Simon Peres, menyatakan mundurnya Moamar Gaddafi dari kursi orang nomor satu Libya mendekati batas akhir. Menurutnya, semakin cepat gaddafi mundur, semakin baik bagi Israel. "Ini seperti ironi sejarah, beberapa waktu lalu dia (Gaddafi) mengemukakan keinginannya tentang adanya "timur Tengah tanpa Israel" dan kini, akan segera terwujud "Libya tanpa Gaddafi"," katanya, saat berpidato di depan komunitas Yahudi di Madrid, Spanyol.
Peristiwa terkini di Timur Tengah "penuh harapan," Peres mengatakan. Menurutnya, generasi yang lebih moderat yang akan mempimpin. "Kaum muda, mereka yang menginginkan demokrasi yang akan menang, dan bukan tiran, para diktator, maupun korup."
Bagian resmi kunjungan Peres, yang akan menandai ulang tahun ke-25 hubungan diplomatik antara Spanyol dan Israel, akan dimulai pada Selasa. Programnya mencakup pertemuan dengan Raja Juan Carlos, Perdana Menteri Jose Luis Rodriguez Zapatero, Menteri Luar Negeri Trinidad Jimenez, pemimpin oposisi Mariano Rajoy, dan para pemimpin, pengusaha, dan intelektual. Perundingan diharapkan untuk fokus pada kondisi terkini dunia Arab dan kegiatan nuklir Iran, di samping isu-isu bilateral.
Dalam sebuah wawancara dengan televisi nasional Spanyol sesaat sebelum kunjungannya, Peres menyatakan percaya bahwa demokrasi lebih di negara-negara Arab akan membantu untuk mencapai perdamaian di Timur Tengah. termasuk di dalamnya, "Untuk memecahkan masalah Palestina."
Israel dan Spanyol menjalin hubungan diplomatik pada tanggal 17 Januari 1986, hampir empat dekade setelah negara Israel dideklarasikan. Kurangnya hubungan formal ini disebabkan sebagian besar hubungan persahabatan Spanyol dengan negara-negara Arab selama 1939-1975 pada masa diktator Francisco Franco berkuasa.
Namun, seperti Spanyol bergabung dengan NATO dan Masyarakat Ekonomi Eropa, cikal bakal Uni Eropa pada 1980-an, ia mulai semakin mencari peran sebagai mediator antara Israel dan negara-negara Arab.
Hubungan Spanyol-Israel juga ditandai dengan pengusiran semua orang Yahudi yang menolak untuk masuk agama Kristen dari Spanyol pada tahun 1492. Raja Juan Carlos telah meminta maaf atas pengusiran itu, tetapi keturunan Yahudi yang diusir menuntut lebih dari sekadar minta maaf.