REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA - Manajemen PT Kereta Api (PTKA) siap mencabut larangan mengangkut suporter tim sepak bola sebagaimana tertuang dalam Surat Keputusan Direksi PTKA tertanggal 26 Januari 2011.
"Kami siap mencabut larangan itu, asalkan suporter bisa tertib," kata Asisten Manajer Eksternal Humas PTKA Daerah Operasi VIII/Surabaya, Catur Herry Winarno, Selasa (22/2).
Sebelum melangkah lebih jauh dengan mencabut surat larangan tersebut, pihaknya akan melihat perilaku suporter tim sepak bola apakah ada perubahan atau tidak. "Selain itu, kami juga akan melihat perilaku suporter yang menggunakan angkutan darat lainnya. Apakah ada perubahan perilaku mereka?" kata Catur di sela-sela pertemuan antara Gubernur Jatim, Kapolda Jatim, dan Pangdam V/Brawijaya dengan pimpinan suporter tim sepak bola di Mapolda Jatim itu.
Kalau ada perubahan perilaku yang signifikan, misalnya suporter tertib dan tidak menggunakan atribut yang dapat mengundang emosi pihak lain, pihaknya segera mencabut surat larangan tersebut. Catur menyebutkan pada tahun lalu total kerugian yang diderita PTKA akibat aksi anarkis suporter sepakbola di Jatim mencapai Rp 6 miliar lebih.
"Tahun ini, hingga bulan Februari saja, kerugian yang kami derita mencapai Rp 1,3 miliar lebih. Paling banyak kerugian dalam insiden di Lamongan," katanya.
Pada 25 Januari 2011, ratusan LA-Mania -julukan suporter fanatik Persela Lamongan- mengamuk dengan merusak sejumlah kereta api untuk membalas kematian temannya akibat dibantai Bonekmania -julukan suporter fanatik Persebaya Surabaya- di dalam KA Kertajaya. "Tidak hanya kereta ekonomi saja, kereta kelas bisnis dan eksekutif pun jadi sasaran amuk suporter," kata Catur menambahkan.
Selain itu, aksi brutal suporter juga mengakibatkan citra PTKA terpuruk karena masyarakat menganggap naik kereta api tidak aman. Kepala Polda Jatim, Irjen Pol Badrodin Haiti, mengingatkan para suporter agar tidak anarkis."Kalian ini sudah membayar tiket kereta api, malah merusak kereta dan fasilitas umum lainnya," katanya.
Yang lebih memprihatinkan lagi, kata Kapolda, suporter menjarah makanan dari pedagang asongan. "Kasihan para pedagang asongan itu. Paling banter, dia dapat untung Rp 15 ribu sehari, tapi malah kalian jarah," katanya.