REPUBLIKA.CO.ID,Belakangan ini beredar kabar burung bahwa pemimpin Libya Muamar Kadhafi ingin lari ke Venezuela setelah pecahnya pemberontakan di negaranya. Itu bukan tanpa alasan. Presiden Hugo Chavez berteman baik dengan sang kolonel. Chavez pasti menyambut sahabatnya ini dengan tangan terbuka.
"Saya di Tripoli dan bukannya di Venezuela," kata pemimpin Libya itu sewaktu penampilan singkatnya Senin (21/02) malam kemarin di televisi nasional. Berbagai stasiun televisi asing yang mengabarkan kepergiannya ke Venezula dijuluki Kadhafi "anjing-anjing liar." Bersamaan dengan itu kementrian luar negeri Venezuela mengeluarkan pernyataan yang membantah isu tersebut.
Memang bukan untuk pertama kalinya seorang pemimpin negara Arab yang digulingkan melarikan diri ke Amerika Latin. Syekh Iran, Reza Pahlevi, mendapat suaka di Panama setelah diturunkan dari tahta tahun 1979. Spekulasi mengenai minggatnya Kadhafi ini antara lain didasari dari "persahabatan"-nya dengan Chavez.
Pemimpin Libya itu datang pertama kali di ibukota Venezuela, Caracas, tahun 2009. Satu-satunya kunjungan ke Amerika Latin selama 42 tahun masa pemerintahan. Ketika itu Kadhafi menghadiri KTT yang dihadiri pemimpin Afrika dan Amerika Latin. Chavez menganugerahinya bintang penghargaan tertinggi. Penghargaan tertinggi Venezuela ini berbentuk pedang replika milik pejuang kemerdekaan Amerika Latin, Simon Bolivar.
Pemimpin besar
"Kalau Bolivar adalah pahlawan kami, Kadhafi adalah pahlawan untuk rakyat Libya," ujar Chavez dalam sambutannya. Ia menyebut Kadhafi sebagai "salah satu pemimpin terbesar di abad ke-20 dan 21." Presiden Venezuela ini juga menambahkan, "Kami akan mengubah sejarah dengan menentang imperialisme dan membentuk kubu pertahanan baru."
Kedua pemimpin itu merujuk pada usaha mereka untuk membentuk satu blok baru menentang PBB. Kadhafi mengusulkan untuk membubarkan anggota tetap Dewan Keamanan, karena menurutnya semua anggota PBB harus punya hak yang sama.
Sebaliknya Hugo Chavez secara teratur berkunjung ke Libya, sejak ia mulai berkuasa tahun 1999. Kedua negara menandatangani puluhan kerja sama di bidang energi, pendidikan, budaya, penerbangan dan ekonomi.
Tak ada hentinya
Para analis melihat beberapa kesamaan antara kedua negara. Contohnya, pemerintahan panjang Kadhafi dan upaya Chavez untuk terus terpilih kembali selama enam tahun. Menurut kedua pemimpin, proyek pembangunan nasional hanya bisa berhasil jika mereka bisa memegang pemerintahan dalam jangka panjang.
Karena sikap menantang AS dan sekutunya, Chavez memiliki kontak yang sangat baik dengan rezim yang dikritik oleh pihak barat, seperti Iran, Suriah, Belarus, Kuba dan Libya. Kadhafi pun disambut dengan tangan terbuka.
Teman Kadhafi
Sejak kolonel Libya ini meninggalkan terorisme tahun 2003, lambat laun dia mendapat teman-teman dari dunia internasional. Dia memiliki hubungan erat dengan Perdana Menteri Inggris Tony Blair, kata putra Kadhafi. Blair saat itu juga membuat kesepakatan mengenai pengiriman minyak dengan Libya. Pemerintah Inggris saat ini menjaga jarak dari pemimpin Libya.
Perjanjian bilateral tahun 2009 telah menimbulkan ketegangan dengan AS. Tapi persahabatan dengan Washington? Sepertinya berlebihan jika hubungan mereka disebut "persahabatan." Di Afrika dan dunia Arab, Kadhafi memiliki pengaruh paling besar. Pada tahun 2009, Libya menjadi ketua Organisasi Persatuan Afrika. Organisasi ini memberi bantuan kepada negara-negara miskin dan terisolasi seperti Chad dan Zimbabwe.
Presiden Mugabe dari Zimbabwe dianggap sebagai teman Kadhafi. Juga, Mauritania, Nigeria, dan Mali memiliki hubungan erat dengan rezim, serta beberapa bekas republik Soviet di Asia.
Saat ini Libya masih menjadi ketua pertemuan Liga Arab. Di bawah rezim lama, negara tetangga seperti Mesir dan Tunisia masih bersahabat dengan pemimpin Libya. Sekarang tentu saja berbeda. Sebenarnya, setiap pemimpin Libya memiliki alasan penting untuk memiliki teman sebanyak mungkin: yaitu karena minyak dan gas mereka yang melimpah.