REPUBLIKA.CO.ID,NEW DELHI - Libya menggunakan tentara bayaran Afrika untuk menghancurkan demonstrasi dan mendorong sejumlah tentara beralih pihak ke oposisi. Demikian kata duta besar Libya untuk India yang mundur segera setelah tindakan keras itu.
"Mereka dari Afrika dan berbicara dalam bahasa Prancis dan bahasa lainnya," jelas Ali al-Essawi kepada Reuters dalam satu wawancara. Ali menambahkan bahwa dirinya telah menerima informasi dari berbagai sumber di negara anggota OPEC itu.
Ali, yang telah meninggalkan kedutaan sejak mengundurkan diri sebagai aksi protes atas tindakan keras pemerintah Libya, sekarang tinggal di sebuah hotel di New Delhi. Dia mengaku telah diberi tahu ada pembelotan militer.
"Mereka (tentara) adalah orang Libya dan mereka tidak dapat melihat orang-orang asing membunuh orang Libya sehingga mereka bergerak ke samping rakyat," kata Essawi yang terlihat gelisah dan kacau.
Beberapa diplomat mengatakan Dewan Keamanan PBB akan mengadakan pertemuan tertutup pada Kamis (24/2) untuk membicarakan krisis di Libya. "Rakyat Libya tidak dapat berbuat apapun menghadapi petempur udara,'' kata Ali. ''Kami tidak memanggil tentara internasional, tapi kami minta pada masyarakat internasional untuk menyelamatkan rakyat Libya."
Ali memperkirakan banyak diplomat Libya pada misi di luar negeri akan mundur karena kekerasan tanpa henti di negaranya. Menurut dia, duta besar di China, Liga Arab dan AS juga telah mundur. "Pesawat tempur telah membom warga sipil di jalanan Tripoli. Ini kekerasan yang belum pernah terjadi sebelumnya," katanya.