REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN - Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta bersama Pemerintah Kabupaten Sleman akan memeriksa kesehatan paru-paru warga lereng Gunung Merapi pascabencana erupsi.
"Pemeriksaan kesehatan paru-paru ini akan dilakukan di tiga kecamatan yang terdampak erupsi Merapi yakni Cangkringan, Pakem dan Turi," kata Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Cahyo Purnomo, Rabu (23/2).
Menurut Cahyo, abu Gunung Merapi yang keluar saat erupsi lalu sangat berbahaya bagi saluran pernafasan. Warga yang tinggal di lereng Gunung Merapi dimungkinkan terkena imbas dari abu tersebut.
"Melalui pemeriksaan tersebut. kita akan mengetahui kondisi kesehatan paru-paru warga di lereng Gunung Merapi di wilayah tersebut,'' katanya. ''Jika ditemukan adanya gangguan, mereka akan dirujuk ke puskesmas atau RS Sardjito."
Cahyo mengatakan mekanisme rujukan bagi kelainan fungsi paru-paru bisa juga dilakukan kunjungan rumah oleh tim kesehatan. Jika harus dirujuk ke rumah sakit pemerintah, pihaknya masih mengupayakan biaya gratis dengan jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas). "Biaya rujukan kami masih mengupayakan dari jamkesmas. Harapannya bisa gratis," katanya.
Kepala Seksi Pencegahan Penyakit P2PL Dinkes Sleman, Arif Wiyono, mengatakan pemeriksaan paru-paru ini akan diambil sampel 1.500 orang dari tiga kecamatan atau masing-masing kecamatan 500 orang. "Kecamatan Cangkringan akan dilakukan pada 2 hingga 8 Maret di masing-masing hunian sementara (shelter). Selanjutnya akan dilakukan di kecamatan Pakem 9 hingga 14 Maret dan Turi 15 hingga 19 Maret. Satu dusun akan diambil sampel 50 warga," katanya.
Arif mengatakan pemeriksaan kesehatan paru-paru tersebut melibatkan 26 petugas dari Dinas Kesehatan provinsi, kabupaten dan puskesmas. "Sampel 1.500 orang diprediksi 10 persen atau 150 fungsi paru-parunya terganggu. Sekitar 30 persen dari 150 orang itu perlu ditindak lanjut untuk rujukan ke rumah sakit maupun home care," katanya.