REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Wakil Ketua DPR dari PDI Perjuangan, Pramono Anung, menyatakan ucapan segelintir fungsionaris Fraksi Partai Demokrat yang terkesan ingin melakukan evaluasi di Setgab dan mengancam posisi Golkar dan PKS hanyalah ilusi. Menurut dia, ucapan tersebut tidak lah memiliki dasar yang kuat secara substantif apabila melihat karakter kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono yang sangat berhati-hati dan menghindari konflik.
"Ucapan untuk mengevaluasi Golkar dan PKS di Setgab koalisi dari fungsionaris Demokrat hanya lah bunga-bunga tidak signifikan dan terkesan ilusi. Karena, kebanyakan yang bicara itu bukan berasal dari tokoh sentral dan dekat dengan SBY," papar Pramono di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (24/3).
Dalam fragmentasi kekuatan politik sekarang ini, Pram melihat sebenarnya tidak ada yang bisa dilakukan SBY untuk memberikan peluang kepada PDI Perjuangan. Kecuali Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, membuka peluang untuk masuk pemerintahan. "Tidak ada perubahan sampai Bu Mega bilang iya," tuturnya.
Menurut Pramono, SBY tidak perlu terlalu memperhatikan teman-teman koalisi meskipun seringkali mereka 'mengganggu' di DPR. Selama kebijakan SBY pro-rakyat, dia yakin tidak ada partai yang berani melawan secara diametral. "Kalau ketegasan Pak SBY ada, maka dia akan berikan dukungan sepenuhnya hak angket. Ini menjadi legitimasi yang kuat," tukasnya.
Sementara Sekjen Gerindra, Ahmad Muzani, menyatakan sampai sekarang tidak ada tawaran apapun baik kepada dirinya maupun Ketua Dewan Pembina DPP Partai Gerindara, Prabowo Subianto, dari elit Demokrat untuk memberikan reward untuk partainya. "Tidak ada komunikasi fisik maupun by phone soal reward dan Pak Prabowo juga baru pulang dari luar negeri," bebernya.