REPUBLIKA.CO.ID, Sekitar seratus tentara bayaran yang disewa dari Afrika dan Chad, yang merupakan pendukung Presiden Libya Muammar Ghaddafi memuntahkan senjatanya kepada para pengunjuk rasa di kota-kota yang berdekatan dengan Tripoli. Tak pelak membuat kondisi ibukota Libya itu mencekam.
Seorang saksi mengungkapkan setidaknya beberapa demonstran terbunuh dalam kontak senjata tersebut di kota yang berdekatan dengan Tripoli, yakni Janzour dan Fashlum. Perang terbuka juga terjadi di kota lainnya yang berdekatan dengan Tripoli, yaitu Ben Ashur dan Ghut Ashaal.
Dalam sebuah laporan disampaikan, suara tembakan mulai pecah ketika usai pelaksanaan shalat Jumat kemarin para pengunjuk meneriakkan slogan anti-Ghaddafi. Bentrokan pun tak terhindarkan di luar kota Tripoli yang berlangsung kurang selama 24 jam.
Militer pendukung setia Ghaddafi berusaha penuh untuk tetap memegang kendali di ibukota Libya, Tripoli. Sebab, beberapa kota yang merupakan basis Ghaddafi, di wilayah timur dan barat telah dikuasai para pengunjuk rasa.
Sekitar 100 demonstran dikabarkan tewas dalam aksi tersebut, dan mengakibatkan lainnya ketakutan terhadap aksi brutal yang dilakukan Ghaddafi.
Kepala Komisi HAM PBB telah mengingatkan terkait eskalasi yang terjadi di Libya, dan mendesak masyarakat internal untuk campur tangan dalam mendukung para demonstran. Navi Pillay mengatakan, mungkin seribu orang telah terbunuh atau terluka selama ini di Libya, sebagai akibat dari tindakan represif berdarah Pemerintah.