Senin 28 Feb 2011 17:26 WIB

Alhamdulillah... Januari 2011, Masjid Sunda Kelapa Islamkan 61 Orang

Rep: Agung Sasongko/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Mualaf di zaman sekarang memiliki tantangan yang berat
Foto: GALERI PUMPITA
Mualaf di zaman sekarang memiliki tantangan yang berat

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA — Memasuki tahun 2011, jumlah mualaf yang memutuskan memeluk Islam di Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK) mencapai 61 orang. Bila ditotal dari tahun sebelumnya, maka jumlah mualaf yang tercatat Departemen Pembinaan Mualaf dan Layanan Konsultasi MASK mencapai 16061 orang.

“Alhamdulillah, selama Januari dan Februari total 61 orang yang memutuskan memeluk Islam,” papar Anwar Sujana, Kepala Bagian Pembinaan Mualaf dan Layanan Konsultasi MASK kepada Republika.co.id, Ahad (27/2).

Anwar menuturkan dari 61 orang yang memutuskan memeluk Islam, 20 persennya adalah para ekspatriat yang berasal dari berbagai negara. Umumnya, selain alasan pernikahan, mereka memutuskan memeluk Islam lantaran sering bersentuhan langsung dengan Islam entah melalui lingkungan atau buku bacaan.

“Sejauh ini memang banyak ekspatriat yang memutuskan mengucapkan dua kalimat syahadat di masjid ini. Bahkan ada pula yang berniat sebelum memutuskan masuk Islam banyak menggali informasi tentang Islam di sini,” kata dia.

Anwar juga mengatakan faktor pembinaan dan konsultasi yang secara instensif dilakukan MASK menjadi poin tersendiri bagi calon pemeluk Islam. Biasanya, kata dia, informasi yang ada memang berawal dari mulut ke mulut.

Karena itu, pihak masjid dalam melakukan pembinaan dan konsultasi berupaya fleksibel. Mereka yang masih non Muslim juga diperkenankan untuk datang dan mengikuti kegiatan di Masjid. Menurut dia, cara itu justru membuat pola pembinaan lebih meluas.

Ke depan masjid, imbuhnya, akan terus mengembangkan dakwah dan pembinaan melalui keberadaan paguyuban Mualaf MASK yang sudah didirikan tahun lalu. Dia mengatakan melalui paguyuban inilah, diharapkan para mualaf mampu mengembangkan diri tentu dengan bimbingan pengelola MASK. Cara itu dianggap lebih efektif sehingga alur pembinaan dan pengembangan dakwah akan berlangsung secara berkesinambungan.

Pengurus Paguyuban Mualaf MASK, Steven Indra menuturkan Indonesia sudah menjadi semacam rujukan bagi seseorang yang hendak memutuskan memeluk Islam. Itu terbukti ketika pihaknya diminta sebuah lembaga di Malaysia untuk menjabarkan pola pembinaan dan pengembangan mualaf.

Meski demikian, ia mengaku masih memiliki banyak pekerjaan rumah terkait pembinaan mualaf yang harus diselesaikan. Pasalnya, data yang dihimpun Paguyuban Mualaf MASK, dari 16.000 mualaf, 5.000 diantaranya kembali pada agama lamanya.

Sebab itu pembinaan dan pengembangan mualaf secara jangka panjang mutlak harus dilakukan. “Kami tidak menyalahkan mereka yang kembali ke agama semula. Ini menjadi pekerjaan rumah Umat Islam bahwa tugasnya tidak hanya mengislamkan saja melainkan perlu untuk dilakukan tindak lanjut baik melalui pengajian, pendidikan dan advokasi. Semua itu, tentu membutuhkan kerjasama yang kompak dan istiqomah dikalangan umat Islam," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement