Rabu 02 Mar 2011 11:18 WIB

Dalam RS di Tripoli, Pasien Hanya dari Pendukung Rezim

Mohammed Khatim, pendukung Moammar Gaddafi di rawat di rumah sakit Khadra di Tripoli.
Foto: GUARDIAN
Mohammed Khatim, pendukung Moammar Gaddafi di rawat di rumah sakit Khadra di Tripoli.

REPUBLIKA.CO.ID,  TRIPOLI - Di dalam rumah sakit di Tripoli, terlihat gamblang tak ada satu pun pasien dari pihak oposisi yang terluka. Mereka yang dirawat di sini hanyalah pendukung rezim, yang mengklaim telah ditembak oleh para pria bercambang--citra kelompok Islamis yang disalahkan rezim atas pemberontakan di negara.

Saat itu sejumlah wartawan asing menyusuri lantai empat rumah sakit modern dengan perlengkapan sangat baik, Khadra. Mereka bertemu Mohammed Khatim, 30 tahun, dan Mahmoud Mohammed, 36 tahun, yang bekerja di kementrian dalam negeri dan kementrian keuangan Libya.

Mohammed Khatim menggunakan kaos militer warna hijau, meski ia mengaku bukan tentara. Pergelangan kakinya dipin, di mana peluru telah menembusnya dalam peristiwa yang terjadi pada Sabtu lalu, dekat Lapangan Hijau, Tripoli.

"Saya sedang berjalan di sisi jalan. Saat itu banyak sekali tembakan dan saya pun ikut tertembak," tuturnya. Kedua pasien itu mengatakan tembakan berasal dari sebuah atap dan pria yang bersenjata memiliki janggung, mengisyaratkan bahwa mereka adalah pejuang Islamis, Al Qaidah.

Namun mereka tidak menjelaskan bagaimana mereka bisa melihat mereka memang memilki janggut dan cambang dalam kegelapan di atas mereka.

Sementara siku Mahmoud Mohammoud diperban. Ia juga korban luka tembak dan mengaku ditarget oleh seorang penembak jitu di tempat yang sama, dekat Lapangan  Hijau, dimana massa pendukung rezim melakukan aksi tandingan.

Banyak pasien dengan kisah serupa di bangsal rumah sakit Khadra. Namun yang tak ditemui di fasilitias milik pemerintah ini adalah para oposan yang terluka.

Dr Mohammed Hawas, kepala penanganan korban yang pernah menjalani pelatihan di London berbicara dalam bahasa Inggris yang lancar. Ia mengatakan hanya 15 korban yang dibawa dalam lima hari terakhir. Empat dari mereka adalah korban kecelakaan lalu lintas.

"Tidak ada kasus kematian, hanya orang-orang terluka akibat peluru," ujarnya. "Namun mereka tidak dalam kondisi kritis, sehingga tak akan meninggal," ujarnya seraya menambahkan bahwa ini adalah rumah sakit umum yang normal.

Tur di rumah sakit itu juga membawa pengunjuk menilik komputer di laboratorium darah. Terdapat ruang pasokan untuk obat, kantin sebagaimana fasilitas yang biasa dijumpai di rumah sakit.

Para jurnalis kemudian bertanya kepada Hawas. Di mana korban lain dari kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini dalam kota? Mereka yang berasal dari distrik Tajoura dan Fashloum, di mana dilaporkan terjadi serangan.

Ia mengakui, bila ada korban dari tempat itu, maka mereka tidak akan dibawa kemari. Jadi kemana mereka? Ia terlihat gugup dan berkeringat. Akhirnya ia berkata, "Saya tidak tahu".

sumber : Guardian
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement