REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Salah satu petinggi Fraksi PDI Perjuangan di DPR RI, Aria Bima, menyatakan pihaknya menganggap reshuffle kabinet bisa juga dikatakan sebagai tragedi politik pencitraan.
"Artinya, di tengah maraknya pencitraan yang dilakukan dengan begitu intens dan dijalankan dengan menggunakan berbagai sarana, tapi ternyata di balik citra yang diupayakan baik tersebut terjadi resistensi, baik dari mitra koalisi, eksekutif maupun publik," ujar Aria kepada ANTARA.
Aria Bima mengakui reshuffle kabinet secara konstitutional merupakan hak Presiden. "Sekarang hal itu secara politis diwacanakan karena pelapukan koalisi," katanya.
Jadi, katanya, rakyat diberi kesempatan untuk menonton drama kekuasaan yang tidak solid di tengah semakin tingginya harga berbagai kebutuhan pokok, kemacetan panjang di Merak, gagal produksi beras dan impor beras.
"Karena itulah kami sekali lagi menganggap reshuffle bisa juga dikatakan sebagai tragedi politik pencitraan," ujarnya "Itu yang tadi kami simpulkan bahwa pencitraan begitu intens dijalankan. Tapi, ternyata di balik citra yang diupayakan baik ini, terjadi resistensi, baik dari mitra koalisi, eksekutif maupun publik."
Faktanya, kata dia, banyaknya masalah yang tidak ditangani secara tuntas.