REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO - Di Washington, Komite Kongres Keamanan Dalam Negeri AS, tengah menyiapkan rapat dengar pendapat kontroversial bertema, apakah Muslim Amerika mengalami 'radikalisasi' oleh teroris asing.
Organisasi Islam memandang pemerintah tidak adil dengan hanya membidik satu komunitas saja, yakni Muslim. Salah satu laporan ABC memaparkan mengapa Chicago menjadi episentrum dari perdebatan itu.
Unit antiterorisme di FBI dan Chicago serta unit penuntutan terorisme di kantor Jaksa AS di Chicago baru-baru ini melakuan investigasi, hampir semua penyelidikan melibatkan tersangka Muslim radikal yang terkait dengan grup terorisme luar. Kasus-kasus tersebut--yang telah disidangkan ke pengadilan federal telah membuat Chicago berada dalam radar penuntutan legal kasus ekstrimisme di AS dan menjadi inti diskusi pekan ini di Capitol Hill.
"Sebagai kepala Komite Keamanan Dalam Negeri di Kongres, aya tidak melihat ada pilihan lagi," ujar Peter King, dari partai Republik yang mewakili New York. "Saya harus menginvestigasi, yang pertama seberapa ekstensif radikalisasi yang terjadi? Bagaimana itu dilakukan? Apakah ada tanda-tanda radikalissi yang dapat dilihat? Dan apakah pemimpin komunitas Muslim bekerjasama dengan penegak hukum?"
Ketika anggota Kongres, King, akan menggelar dengar pendapat Kamis (10/3) nanti, kasus warga Chicago, David Coleman Headly, akan menjadi contoh paling nyata dari radikalisasi Muslim.
Headly direkrut oleh ekstrimis Muslim di Paksitan dan membantu melakukan plot serangan mematikan di Mumbai, India pada 2008 lalu. Ia mengaku bersalah telah merekrut pengusaha Chicago, Tahawwur Rana untuk terlibat dalam rencana ini. Rana sendiri akan disidang pada 16 Mei mendatang.
Ada sekitar setengah lusin terdakwa di Chicago saat ini dengan kasus bernuansa Islam garis keras. Peter King mengatakan acara dengar pendapat akan membantu badan intelijen AS untuk menentukan bagaimana grup teroris menyusup ke dalam masjid-masjid di AS untuk merekrut pemuda Muslim.
Sebelum dengar pendapat digelar, King telah melukai Muslim AS dengan menyatakan 80 persen masjid di AS dikuasai oleh imam-imam garis keras.
Di New York, para pemrotes telah mengkritik tujuan King, termasuk imam yang mendukung pembangunan masjid Manhattan dekat Ground Zero. Sang imam, Feisal Abdul Rauf, mengatakan ia meyakini dengar pendapat hanya akan menciptakan presepsi yang memfitnah komunitas Muslim di AS.
"Musuh utama bukanlah Islam dan Muslim, musuh asli adalah radikalisasi dan ekstremisme," ujar Abdul Rauf.
Salah satu pemrotes, Russel Simmons, berkomentar, "Yang saya inginkan sekarang adalah tidak turun ke koridor McCarthyisme, tidak menarget seluruh komunitas hanya karena kesalahan atau aksi segelintir orang."
Para pemrotes takut dengar pendapat pekan ini akan meningkatkan kemarahan anti-Muslim, seperti yang terjadi tiga pekn lalu di California Selatan, ketika ratusan pengaras suara dipasang untuk acara galang dana Islami, warga lokal menuding sebagai aksi ekstrimisme.
Sebagai langkah antisipasi, Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) akan menggelar konferensi pers di Washington, Rabu (9/3), sehari sebelum dengar pendapat dilakukan. CAIR bermaksud menegaskan bahwa pandangan para pemimpin yang akan dipresentasikan oleh anggota Kongres dalam dengar pendapat dengan Komiter Keamanan Dalam Negeri, adalah informasi salah.