REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Wacana evaluasi koalisi yang berujung pada reshuffle kabinet dipastikan tidak terbukti. Hal itu menyedihkan karena polemiknya telah menyita wacana publik. Oleh karenanya, saat ini waktunya para politisi dan pemerintah kembali ke tugas pokoknya masing-masing untuk menyejahterakan rakyat.
"Kondisi ini menyedihkan. Polemik yang hampir menyita wacana publik selama lebih dari satu minggu ini akhirnya berakhir tanpa perubahan," kata Direktur Lingkar Madani Indonesia (Lima), Ray Rangkuti, Rabu (9/3). Polemik elit, ujar Ray, telah menyita perhatian bangsa dari persoalan nyata yang dialami oleh rakyat.
Ray mengingatkan rakyat saat ini menghadapi masalah kelangkaan BBM di beberapa daerah, harga-harga sayur mulai melambung, kemiskinan menyayat, dan bunuh diri makin merebak akibat kemiskinan. "Hasilnya adalah Golkar tetap di Setgab, PKS nampaknya bakal menyusul hal yang sama, dan Gerindra terbuang," ujar Ray.
Padahal, kata dia, kemungkinan pecah koalisi diwacanakan dengan dahsyat oleh kalangan Partai Demokrat. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun telah mempergunakan panggung negara untuk menyentil teman koalisi yang tidak setia. "Inilah Presiden yang rakyatnya lebih banyak memikirkan nasibnya daripada sebaliknya," kata Ray.