Rabu 09 Mar 2011 17:08 WIB

Miami Herald: Dengar Pendapat Radikalisasi Muslim 'Sakit' & Bukan Amerika

Warga Muslim AS memprotes rencana Kongres menggelar hearing tentang Islam radikal.
Foto: AP
Warga Muslim AS memprotes rencana Kongres menggelar hearing tentang Islam radikal.

REPUBLIKA.CO.ID, MIAMI - Acara dengar pendapat bertema radikalisasi Muslim di Kongres AS, Capitol Hill, yang digagas kepala Komite Keamanan Dalam Negeri, Peter T. King tinggal sehari lagi. Tak semua media AS diam dan sepakat dengan ide King. Salah satu yang berkomentar sinis adalah Miami Herald. Dalam ulasan editorialnya, Miami menulis bahwa rapat dengar pendapat itu adalah penyalahgunaan wewenang dan 'nasihat yang zakit'

Penghinaan dan penyudutan Muslim sudah terlalu umum di negara ini, juga di Selatan Florida, demikian tulis Miami. Ada anggota Kongres dari Partai Republika, Allan West yang kerap memancing dengan umpan 'Islam'. Dalam pertemuan di aula kota Pompano Beach bulan lalu, ia berkata kepada Muslim Amerika yang hadir--yang menantang dan menyeru bahwa ia menyerang Islam--untuk meletakkan mikrofon dan pulang.

Alhasil, para penanya yang notabene lahir dan besar di Amerika Serikat, tidak pernah mendapat jawaban memuaskan.

Berdasar fakta, terorisme domestik yang diinspirasi Muslim di AS telah menurun tajam dari 18 plot pada 2009, menjadi 10 pada 2010. Sebuah studi yang disponsori oleh Triangle Center on Terrorism dan Departemen Keamanan Dalam Negeri, juga menemukan bahwa informasi dari komunitas Muslim telah menggagalkan 48 plot dari jumlah total 120 kasus yang melibatkan Muslim AS.

Masih menurut Miami, catatan kerjasama itu, terutama di kasus kakap tidak terbantahkan. Perlu diingat, adalah ayah kandung si tersangka teroris Muslim AS--yang mencoba meledakkan pesawat di Detroit--yang pertama kali melaporkan perilaku menyimpang putranya.

Lalu satu lagi di Oregon, seorang pemuda yang berencana meledakkan upacara penyalaan lampu pohon Natal, juga dilaporkan oleh ayah kandungnya. Ada pula pedagang Muslim AS di Times Square, New York, yang memabntu menggagalkan plot terorisme sebelum dilaksanakan.

Namun, alih-alih menyuarakan kabar baik ini, Peter King, malah menyeru gagasan sakit dengar pendapat pada Kamis yang justru membuat cemas Muslim AS, memburukkan citra Islam, dan mengobarkan kebencian etnis dan agama.

King bersikeras tak memiliki agenda politik tersembunyi, namun komentarnya terhadap topik tersebut selama bertahun-tahun sebelumnya memunculkan banyak alasan untuk mencemaskan kemungkinan terburuk.

Premis awal yang melatari dengar pendapat itu adalah Muslim Amerika gagal dan tidak bekerja sama dengan penegak hukum terkait penangkalan terorisme. Laporan dari Triangle Center, sebuah konsorsium yang melibatkan Duke University dan University of Nort Carolina, membantah argumen tersebut.

Sejumlah pihak berwenang dari penegak hukum juga meragukan klaim itu. Sherif Lee Baca dari Los Angeles County, kepala Asosiasi Pimpinan Kota Besar, juga mengekspresikan skeptisisme. "Jika ia (King-red)memiliki bukti bahwa Muslim tidak bekerja sama, ia harus membawa serta," ujar Sherif Baca. "Saya tidak tahu apa yang Tuan King dengar dan dari siapa," ujarnya.

Salah satu ironi, para sherif sepertinya tidak termasuk dalam daftar mereka yang diundang untuk memberikan kesaksian pada dengar pendapat Kamis nanti.

Tak hanya itu, King júga membuat pernyataan lain yang membuat orang berkernyit meragukan kepakarannya dalam topik tersebut. Ia pernah berkata "80 persen masjid di seantero AS dikendalikan oleh Imam fundamentalis garis keras".

Lagi-lagi berdasar fakta ia tak memberikan bukti untuk mendukung pernyataannya. Ucapan itu langsung dianggap konyol oleh para pakar dengan pengetahuan asli mengenai komunitas Islam yang beragam di negara ini.

Memang tak diragukan, kata Miami, ketika orang mencari bagian terburuk setiap agama, mereka akan menemukannya. Tapi alih-alih memeriksa terorisme dari semua sumber, dengar pendapat ini hanya fokus pada satu agama, terutama agama yang telah lama dijadikan objek diskriminasi dan praktek kekerasan.

Agenda ini, sebut Miami, hanya memperkuat semangat paranoia dan anti-Muslim, bukan malah memberi kontribusi bermanfaat bagi diskusi rakyat Amerika.

Dengan segenap upaya Kongres memang harus menyelidiki potensi pengembangan terorisme di dalam negeri. Namun, Miami menekankan, memburu anggota agama tertentu atas nama melawan tindak kriminal adalah penyalahgunaan wewenang kekuasaan Kongres. Sebagai penutup editorial, Miami menuliskan, "Yang terburuk adalah, cara ini sangat bukan-Amerika".

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement