REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Ketika anggota Kongres AS sekaligus ketua Komite Pertahanan Dalam Negeri mengumumkan rencana dengar pendapat (hearing) Desember lalu, ia menerangkan bahwa petugas penegak hukum terus-menerus mengatakan padanya, begitu sedikit kerjasama dari pemimpin Muslim yang mereka dapat. King pun mengakui bahwa memang hanya sedikit bagian dari Muslim Amerika yang terkait dengan terorisme.
Namun ia menyatakan bahwa para ekstrimis tersebut memiliki pengaruh yang melampaui jumlahnya. Ia juga menyebut 80 persen masjid di AS dipimpin oleh imam garis keras. King meyakini 'politik sopan santun' sudah mencampuri keamanan nasional. Tak hanya itu, ia pun menganalogikan hearing layaknya investigasi terhadap keluarga mafia Italia-Amerika.
Seberapa benar klaim King? Jaksa Agung, Eric Holder, petugas penegak hukum tertinggi negara, mengatakan ancaman terorisme dari dalam negeri 'membuat saya selalu terbangung tengah malam, seraya menyebut beberapa nama seperti, imam Yaman-Amerika, Anwar al-Awlaki.
Dalam pidato pekan lalu, Deputi Penasihat Keamanan Nasional, Denis McDonough menyerukan untuk memerangi radikalisasi dari dalam sebagai bagian dari strategi besar untuk mengalahkan alQaidah.
Bukti memang berbicara, beberapa warga Amerika didakwa merencanakan bahkan melakukan aksi terorisme, termasuk Mayor Nidal Hasan, penembak di markas militer Fort Hood. Begitu pula Faisal Shahzad, pengebom yang gagal meledakkan Time Square, New York. Para aparat mengatakan warga AS keturunan Latin yang beralih ke Islam kian rentan menjadi radikal.
Namun, para penentang dan pengkritik hearing King memandang agenda itu hanya akan menguatkan premis utama bahwa Muslim Amerika secara umum adalah teroris terlepas bahwa yang terlibat hanya minoritas kecil. Dalam studi oleh Triangle Center on Terrorism dan Departemen Keamanan Dalam Negeri pada Februari, melaporkan bahwa serangan teroris yang melibatkan Muslim AS merosot signifikan pada tahun lalu, dan hanya 40 persen dari kasus teroris yang melibatkan Muslim terungkap karena informasi dari anggota komunitas Muslim sendiri.
Siapa saja yang memberi kesaksian dalam hearing. Komite yang dipimpin King telah memanggil tujuh saksi; mulai dari Sherif Los Angeles County, Lee Baca,Dr. M. Zuhdi Jasser, Melvin Bledsoe, Abdirizak Bihi, dan tiga anggota Kongres dari Partai Republik (Rep), Keith Ellison (D-Minn.) Frank Wolf (R-Va.) dan John Dingell (D-Mich.). Inilah yang perlu dikethui dari ketujuh saksi tersebut.
* Baca: Tokoh satu ini telah blak-blakan mengkritik acara hearing yang dibesut King. Bula lalu ia berbicara dengan satu grup Muslim Amerika, "Saya tidak tahu apa yang Tuan King dengar dan dari siapa dia akan mendengr."
Dalam hearing serupa pada 2010, Baca terlibat dalam adu pendapat panas dengan anggota Kongres Rep wakil Indiana, Mark Souder, mengenai sikap kooperatif komunitas Muslim dalam penyelidikan antiterorisme. Souder mengkritik Baca karena dekat dengan CAIR yang ia tuduh adalah organisasi garis depan teroris.
* Jasser: Ia adalah seorang dokter di Arizona, vetern militer dan yang terutama, komentator Muslim favorit Fox News. Pendiri dan presiden Forum Islam Amerika untuk Demokrasi ini dipuja oleh aktivis ultrakonservatif, seperti Frank Gaffney. Filmnya The Third Jihad, adalah sumber dari figur 80 persen masjid yang dikutip oleh King. Sarah Posner dari The Nation mengatakan Jasser salah satu hal terbaik, dengan argumen sikap inklusinya adalah bagian strategi untuk mematahkan kritik meluas bahwa hearing King adalah upaya mencoreng semua Muslim dengan kuas besar.
* Bihi: Ini adalah paman seorang remaja Minneapolis yang ditemukan terbunuh di Somalia setelah direkrut oleh organisasi teroris Al Shabbab. Ia sempat berdebat panas dengan Ellison di depan publik mengenai pertanyaan tentang radikalisasi. Ia adalah direktur Pusal Advokasi dan Pendidikan Somalia berbasis di Minneapolis. Bersama dengan Jasser ia adalah saksi yang sepertinya akan bertutur seperti yang diinginkan King.
Bihi mengkritik komunitas Kota Kembar Somalia dengan tudingan menghalangi investigasi terhadap ekstrimisme Muslim. Ada baiknya membaca Star Tribune untuk latar belakang kasus tersebut yang menjadi dasar testimoni Bihi.
* Bledsoe: adalah ayah dari Abdulhakim Mujahid Muhammad (dulu bernama Carlos Bledsoe), Abdulhakim adalah penyerang pusat rekrutmen tentara di Arkansas pada 2009 silam. Seperti Bihi, Bledsoe mengalami langsung peristiwa radikalisasi. Namun ada sebuah celah. Ia pernah menyatakan di depan publik bahwa proses alih agama putranya, serta detail-detailnya tidak sepenuhnya jelas karena terjadi selama ia di Yaman. Pernyataan Abdulhakim menguatkan itu. Dengan kata lain ia diradikalisasi di luar, tidak di dalam negeri.
Penuntut umum Arkansas juga meyakini Abdulhakim bertindak sendiri tidak atas instruksi alQaidah. Seperti Bihi, Melvin Bledsoe juga mengkritik FBI, berkata kepada Times bahwa polisi federal itu tak berbuat cukup untuk mencegah putranya berbuat kejam. "Jika ini terjadi pada putra saya, maka ini dapat terjadi pada siapapun," ujarnya.
* Ellison: Sejak dipilih menjadi Muslim pertama sebagai anggota Kongres pada 2006, ia menjadi pemimin di dalam komunitas Muslim. Dalam wawancara terkini, Ellison memaparkan bahwa meski ia menolak anggapan bahwa hearing itu adalah "McCarthyisme, ia meyakini keterlibatan dengan aksi nyata jauh lebih baik ketimbang mengabaikan semua.
* Wolf: Hingga kini, peringatan paling keras yang dilontarkan Wolf adalah terorisme domestik yang fokus pada uang. Pada 2008, ia menulis surat kepada Universitas Georgetown menyatakan keprihatinan bahwa program layanan sekolah luar negeri berada di bawah pengaru pemerintah Saudi. Ia juga mengkritik CAIR yang ia yakini bersimpati kepada organisasi teroris.
* Dingell: adalah anggota Kongres veteran perwakilan Michigan, tepatnya kota Dearborn, jantung Michigan yang penuh dengan populasi Arab-Amerika. Musim panas tahun lalu kandidat Senator Nevada, Sharron Angle memperingatkan bahwa Dearbon telah berada dibawah hukum Syariah, klaim yang dibeokan salah satunya oleh Fox New, Brian Kilmeade. Dalam surat yang ia layangkan kepada King, Dingell mengatakan kepada ketua komite itu ia 'sangat bermasalah' dengan skala cakupan hearing tersebut.
Siapa yang tidak ada di sana? Ironisnya, King yang meyakini bahwa komunitas Muslim tidak kooperatif terhadap upaya penangkalan terorisme, hanya ada satu petugas penegak hukum yang dipanggil untuk bersaksi yakni Baca, yang sebelumnya telah membantah anggapan itu.
Ketika pemimpin komunitas Muslim menjadi poin utama kritik King, hanya satu saksi yang dihadirkan dan itu pun sosok Bihi yang sepertinya datang untuk mendukung klaim King.
King awalnya mengumumkan bahwa Walid Phares, pakar antiterorisme dan Kristen Libanon akan bersaksi. Namun undangan dibatalkan karena ia berpikir itu akan mengalihkan fokus terhadap Muslim.
Apakah masa lalu King berpengaruh? Anggota Kongres dari Long Island, yang dulu menyebut dirinya "Ollie dari Irlandia Utara" karena sangat produktif menggalang dana bagi Tentara Republik Irlandia, bersikeras bahwa radikalismenya di masa lalu tidaklah relevan dengan hearing yang ia gelar saat ini.
Padalah dalam berbagai laporan di media AS, aktivitasnya pada 1980-an yang mengatasnamakan IRA mungkin bisa menjadi pendukung materi konstitusi untuk aksi terorisme dalam hukum saat ini, meski Republik Irlandia Utara tidak pernah menarget Amerika langsung. Standar ganda yang ia sandang juga menjadi masalah.