REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO - Takut kemungkinan risiko kontaminasi radioaktif pascaledakan di reaktor yang memicu darurat nuklir, warga asing mulai eksodus meninggalkan Jepang. Kendati begitu, tak sedikit dari mereka yang memutuskan untuk bertahan melihat perkembangan lebih lanjut.
Beberapa negara Eropa telah menyarankan warganya untuk mempertimbangkan meninggalkan Jepang menyusul dua ledakan di sebuah PLTN berjarak 250 km dari Tokyo. Meski para pejabat Jepang menyatakan belum ada kekhawatiran yang berarti, namun kecemasan jelas terbaca di wajah warga.
Prancis melangkah lebih jauh, dan memerintahkan seluruh warganya untuk meninggalkan Tokyo 'untuk beberapa hari'. Jika mereka tidak punya alasan khusus untuk tinggal, maka mereka diperintahkan secepatnya meninggalkan negara itu. Uap radioaktif, mereka khawatirkan, bisa mencapai kota dalam hitungan jam.
"Sepertiga dari staf kami telah meninggalkan Jepang," kata Stefan Huber, wakil kepala delegasi Uni Eropa asal Austia di Jepang.
Dia menambahkan bahwa eksekutif di beberapa perusahaan Jerman, seperti Bosch, Daimler dan BMW, serta kantor hukum, telah mengevakuasi pasangan mereka dan anak-anak. Ia membenarkan terjanya eksodus warga Jerman dari Jepang.
Marissa, wanita berkewarganegaraan Australia-Italia yang telah tinggal di Tokyo selama enam tahun terakhir bersama suami dan dua anaknya, memutuskan untuk terbang bersama keluarganya ke Hong Kong.
"Kami hanya berpikir itu mungkin lebih baik untuk meninggalkan Jepang pada titik ini. Saya tidak tahu tentang masalah nuklir, mereka tampaknya mulai kewalahan mengatasinya," katanya.