Selasa 15 Mar 2011 10:20 WIB

'Soal WikiLeaks, SBY Tidak Seburuk Itu'

Foto Presiden SBY dan Ani Yudhoyono di halaman utama harian Sydney Morning Herald edisi Jumat, 11 Maret 2011
Foto: SMH
Foto Presiden SBY dan Ani Yudhoyono di halaman utama harian Sydney Morning Herald edisi Jumat, 11 Maret 2011

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Wakil Sekjen DPP Partai Demokrat yang baru saja terpilih sebagai politisi perempuan terfavorit, Angelina Sondakh mengaku terkejut dengan adanya berita tidak sedap tentang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di dua suratkabar Australia berdasarkan dokumen 'Wikileaks'.

"Saya yakin SBY tidak seburuk itu. Beliau adalah nasionalis sejati dan sangat bertanggungjawab terhadap kekuasaan yang diembannya", tegas Angelina, Selasa. Sebagaimana diberitakan sebelumnya, 'Wikileaks' menuding adanya penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan oleh Presiden Yudhoyono.

Angelona menilai, sebagai kader Partai Demokrat (PD) yang dibina oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selaku Ketua Dewan Pembina (Wanbin), tidak seperti berita-berita dua koran Australia tersebut. "Apa yang ditulis suratkabar 'The Age' dan 'Sydney Morning Herald' yang bersumber dari dokumen 'Wikileaks', yang menyebutkan SBY dan keluarganya, terutama ibu Ani Yudhoyono dianggap telah melakukan penyalahgunaan kekuasaan, terkesan sangat insinuatif," kata dia.

Apalagi, lanjutnya, Presiden SBY ditulis memanfaatkan kekuasaan untuk kepentingan politik. "Sebagai kader Partai Demokrat (PD) sejak awal berdirinya, saya cukup kenal baik dengan karakter Presiden SBY dan meyakini bahwa berita tersebut merupakan fitnah yang berpotensi membentuk opini publik yang semakin buruk terhadap SBY," ujarnya.

Sebagaimana diberitakan berbagai media, bocoran 'Wikileaks' itu juga mengungkapkan hal-hal di seputar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono serta mantan Menteri Hukum dan Perundang-Undangan, Yusril Ihza Mahendra. 'Wikileaks' menuding adanya penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan oleh Presiden Yudhoyono.

Berdasar sumber-sumber diplomat yang kemudian dibocorkan 'Wikileaks', disebut pula Presiden Yudhoyono pada Desember 2004 memerintahkan Hendarman Supandji, waktu itu Jaksa Agung Tindak Pidana Khusus, menghentikan penyidikan kasus korupsi yang melibatkan Taufiq Kiemas, suami mantan Presiden Megawati Soekarnoputri.

Bocoran lain menyebut Presiden Yudhoyono pernah diam-diam memerintahkan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Syamsir Siregar untuk memata-matai Menteri Yusril Ihza Mahendra. Pengintaian dilakukan saat Yusril Ihza Mahendra melakukan perjalanan rahasia ke Singapore untuk menemui seorang pebisnis Cina.

'Wikileaks' juga membocorkan, diplomat-diplomat Amerika di Jakarta menyimpulkan, meski Presiden Yudhoyono menang dalam pemilihan presiden dengan perolehan suara luar biasa, tapi dia tak mendapat dukungan politik dan praktis "lumpuh".

Dokumen ini juga menyebut keluarga Yudhoyono, khususnya Ibu Negara Ani Yudhoyono, memanfaatkan posisi politiknya untuk mendapatkan uang. Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha membantah kebenaran berita yang bersumber dari Wikileaks tersebut.

Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik Daniel Sparingga mengatakan berita di dua media massa itu tidak bertanggung jawab dan penuh sensasi bahkan berita itu didapat dari sumber yang tidak bisa dijamin kebenarannya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement