Selasa 15 Mar 2011 20:46 WIB

KAMMI Harus Ubah Gaya Perjuangan

Rep: Agung Sasongko/ Red: Johar Arif
Fahri Hamzah
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Fahri Hamzah

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA—Pendiri Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Fahri Hamzah, meminta kepada kader-kader KAMMI yang sedang menjalani regenerasi kepemimpinan pada Muktamar KAMMI VII, yang berlangsung di Asrama Haji, Banda Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) 13-17 Maret 2011, untuk mengubah gaya perjuangan.

Menurutnya, perjuangan yang dahulu menitik beratkan pada penumbangan rezim yang bersifat simbolis simplisistik kini tidak lagi relevan dengan perkembangan demokratisasi di Indonesia. Kini, gerakan yang diemban organisasi pemuda dan mahasiswa seharusnya lebih mengedepankan perbaikan sistem, yang meliputi tiga komponen utama sistem ketatanegaraan (eksekutif, legislatif dan yudikatif).

“Di awal pendirian KAMMI, organisasi ini berusaha untuk ambil bagian dalam usaha menumbangkan orde baru. Karena itu, pergerakan yang masif kala itu dilakukan terimplementasi dalam aksi demonstrasi besar-besaran,” papar Anggota Komisi III  DPR RI dari Fraksi Partai Keadilan dan Sejahtera ini kepada Republika.co.id, Selasa (15/3).

Menurut dia, institusionalisme sistem yang tengah dibangun sekarang tentu mengubah gaya perjuangan pemuda dan mahasiswa. Gerakan tidak lagi sekedar menyerang orang, tetapi lebih kepada gerakan yang komprehensif dan observatif.

Fahri menjelaskan perubahan gaya perjuangan ini mengharuskan KAMMI untuk memperkuat diri dengan figur-figur yang kuat dalam berbagai bidang sehingga bisa mengimbangi arah tujuan perjuangan yang dikhendaki. Dia berharap muktamar ini dapat memenuhi kebutuhan itu. “Saya kira, KAMMI telah menuju ke arah tersebut,” kata dia.

Fahri berharap agar pemimpin KAMMI terpilih memiliki karakter yang cocok dalam era transisi seperti sekarang, yakni mampu memahami situasi yang begitu kompleks. Disamping itu, ia juga melihat keaktifan pemimpin harus menjadi kredit tersendiri sebagai bagian paket pemimpin yang relevan dengan masa transisi.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement