Jumat 18 Mar 2011 06:54 WIB

Serangan Pesawat AS di Pakistan, 35 Tewas

REPUBLIKA.CO.ID,MIRANSHAH--Sejumlah warga sipil dan polisi termasuk diantara 35 orang yang tewas ketika rudal-rudal AS menghantam sebuah tempat pelatihan militan di Pakistan baratlaut, Kamis, kata beberapa pejabat. Itu merupakan serangan paling mematikan yang dilancarkan pesawat tak berawak di kawasan tersebut sejak Agustus 2008 ketika operasi itu ditingkatkan di daerah-daerah yang berbatasan dengan Afghanistan. Serangan tersebut merupakan yang ketujuh oleh pesawat tak berawak AS dalam waktu sembilan hari.

Syed Masood Kausar, gubernur provinsi Khyber-Pakhtunkhwa, Pakistan baratlaut, tempat serangan itu dilakukan, mengutuk pembunuhan tersebut. "Saya mengutuk keras serangan pesawat tak berawak ini. Jirga (dewan) suku diserang yang mengakibatkan sesepuh suku dan polisi mati syahid," kata Kausar, wakil federal di provinsi bergolak itu.

Meski pesawat tak berawak beroperasi dengan persetujuan diam-diam Islamabad, Kausar mengatakan bahwa pemerintah "tidak akan mentoleransi serangan semacam itu". "Serangan-serangan ini melanggar kedaulatan Pakistan," katanya.

Dua pejabat keamanan di Peshawar mengatakan bahwa 35 orang, sebagian besar militan, tewas ketika empat rudal menghantam sebuah rumah di Datta Khel, 40 kilometer sebelah barat Miranshah, kota utama di kawasan suku Waziristan Utara. Dua pejabat intelijen di Miranshah mengkonfirmasi jumlah kematian itu.

Para pejabat AS mengobarkan perang dengan pesawat tak berawak terhadap para komandan Taliban dan Al-Qaeda di kawasan suku baratlaut, dimana militan bersembunyi di daerah pegunungan yang berada di luar kendali langsung pemerintah Pakistan. AS pada 2010 menggandakan serangan rudal di kawasan suku Pakistan, dan lebih dari 670 orang tewas dalam sekitar 100 serangan sepanjang tahun itu.

Sejumlah pejabat Pakistan melaporkan, sedikitnya 21 serangan pesawat tak berawak AS menewaskan sekitar 120 orang pada September, bulan paling mematikan dalam serangan semacam itu. Ratusan orang tewas dalam puluhan serangan sejak 3 September, yang menyoroti ketegangan dengan Islamabad terkait dengan kecaman AS karena sejauh ini Pakistan tidak melancarkan ofensif darat ke Waziristan Utara.

Pejabat-pejabat AS mengatakan, pesawat tak berawak merupakan senjata sangat efektif untuk menyerang kelompok militan. Namun, korban sipil yang berjatuhan dalam serangan-serangan itu telah membuat marah penduduk Pakistan. Lebih dari 1.150 orang tewas dalam lebih dari 140 serangan pesawat tak berawak di Pakistan sejak Agustus 2008, termasuk sejumlah militan senior. Namun, gempuran-tempuran itu telah mengobarkan sentimen anti-Amerika di negara muslim konservatif itu.

AS meningkatkan serangan rudal oleh pesawat tak berawak ke Waziristan Utara setelah seorang pembom bunuh diri Yordania menyerang sebuah pangkalan AS di seberang perbatasan di provinsi Khost, Afghanistan, pada akhir Desember, yang menewaskan tujuh pegawai CIA. Pakistan mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas gerilyawan terhadap pasukan internasional di Afghanistan.

Kawasan suku Pakistan, terutama Bajaur, dilanda kekerasan sejak ratusan Taliban dan gerilyawan Al-Qaeda melarikan diri ke wilayah itu setelah invasi pimpinan AS pada akhir 2001 menggulingkan pemerintah Taliban di Afghanistan. Pasukan Pakistan meluncurkan ofensif udara dan darat ke kawasan suku Waziristan Selatan pada 17 Oktober 2009, dengan mengerahkan 30.000 prajurit yang dibantu jet tempur dan helikopter meriam.

Meski terjadi perlawanan di Waziristan Selatan, banyak pejabat dan analis yakin bahwa sebagian besar gerilyawan Taliban telah melarikan diri ke daerah-daerah berdekatan Orakzai dan Waziristan Utara. Waziristan Utara adalah benteng Taliban, militan yang terkait dengan Al-Qaeda dan jaringan Haqqani, yang terkenal karena menyerang pasukan Amerika dan NATO di Afghanistan, dan AS menjadikan daerah itu sebagai sasaran serangan rudal pesawat tak berawak.

Pasukan Amerika menyatakan, daerah perbatasan itu digunakan kelompok militan sebagai tempat untuk melakukan pelatihan, penyusunan kembali kekuatan dan peluncuran serangan terhadap pasukan koalisi di Afghanistan.

sumber : antara/AFP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement