REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA — Kebutuhan tenaga kerja di bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Indonesia sangat besar, yakni sekitar lima ribu tenaga kerja setiap tahunnya. Namun, hanya dua ribu yang bisa terpenuhi.
“Setiap tahun kebutuhan tenaga kerja di bidang K3 mencapai 5 ribu. Namun baru terpenuhi sekitar 2 ribu tenaga kerja saja hasil lulusan perguruan tinggi,” terang Dirjen Pembinaan dan Pengawasan Tenaga Kerja (Binwasnaker) Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans), I Made Arka, di kampus Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS), Jumat (18/3).
Menurut Made, dari 215 ribu perusahaan di Indonesia, baru sekitar 60 persen yang melengkapi struktur organisasi perusahaannya dengan tenaga K3. Jumlah tersebut diharapkan terus meningkat guna menekan angka kecelakaan kerja hingga zero accident. Namun, kendalanya adalah jumlah tenaga kerja yang tersedia belum mencukupi. Untuk itu pihaknya akan menggandeng sejumlah perguruan tinggi untuk menghasilkan lulusan K3 yang siap bekerja.
“Kami (Kemenakertrans) sudah menjalin kerja sama dengan ITS, Unair, (Unsu) Universitas Negeri Sumatera Utama, dan UI untuk menghasilkan lulusan K3 yang jumlahnya masih sedikit,” ucap Made.
Made menyatakan, kebutuhan tenaga K3 di pasar global bisa dijadikan peluang oleh Indonesia. Tiap tahun, dibutuhkan sekitar 800 ribu pekerja K3 di seluruh perusahaan multinasional. Jika bisa menghasilkan banyak lulusan K3, Indonesia bisa mengisi kebutuhan pasar dunia tersebut.