Jumat 18 Mar 2011 20:06 WIB

Insinyur Relawan di PLTN Fukusima: Takdir Ini Ibarat Hukuman Mati

Pekerja PLTN Fukushima mengenakan pakaian pelindung sebelum masuk ke area pabrik
Foto: AP
Pekerja PLTN Fukushima mengenakan pakaian pelindung sebelum masuk ke area pabrik

REPUBLIKA.CO.ID,FUKUSHIMA-Anggota keluarga berharap para insinyur relawan di PLTN Fukushima bisa kembali ke rumah, meski merelakan tugas mereka yang diibaratkan hukuman mati. Para insinyur relawan tersebut, yang  tergabung dalam ‘Fukushima 50’, berjuang mencegah terjadinya bencana yang lebih besar dari PLTN yang luluh lantak tersebut.

“Ayah saya pergi ke PLTN. Saya tak pernah mendengar ibu saya menangis sekeras ini. Orang-orang di PLTN berjuang, mengorbankan diri mereka untuk melindungi Anda. Ayah, kembali lah pulang dalam keadaan hidup,” ujar tweet dari @nekkonekonyaa yang dimuat nypost.com.

“Suami saya bekerja meski ia sadar akan terkena radiasi,” ungkap seorang wanita, seperti dimuat ABC News. Ia menerima email dari suaminya yang berbunyi, “Teruslah hidup. Saya tak bisa pulang ke rumah untuk sementara.”

Sebuah email dari seorang putri salah satu relawan dimuat di televisi Jepang, yang berbunyi “Ayahku masih bekerja di PLTN, mereka kehabisan makanan…kondisinya sangat sulit. Dia mengatakan menerima takdir ini…seperti sebuah hukuman mati.”

Hampir 200 insinyur berjuang di PLTN Fukushima. Mereka dirotasi untuk masuk dan keluar zona berbahaya dalam sebuah kelompok yang terdiri dari 50 orang. Mereka bergantian makan dan tidur di sebuah area yang didekontaminasi, yang seukuran ruang tengah sebuah rumah.

Situasi di PLTN masih serius. Kementrian Riset Jepang mengatakan terpapar radiasi selama enam jam dengan tingkat yang terdeteksi di PLTN tersebut sama dengan terpapar radiasi selama setahun pada ambang keselamatan maksimal.

sumber : Nypost.com
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement