REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK - Perdana Menteri Thailand Abhisit Vejjajiva, Sabtu selamat dari satu mosi tidak percaya yang diajukan para anggota parlemen oposisi yang menduduh dia melakukan pelanggaran hak asasi manusia, kata ketua parlemen.
Abhisit memenangkan suara seperti yang diperkirakan setelah satu debat seru, yang para anggota parlemen oposisi partai Puea Thai berusaha menggunakan kesempatan tersebut untuk merusak citra politik pemerintahnya menjelang pemilu yang diperkirakan akan diselenggarakan awal Juli.
Perdana menteri itu -- yang meraih 249 suara melawan 184 suara menentang dia dan 11 suara abstain -- adalah salah satu dari 10 menteri koalisi yang disebut dalam mosi itu, semuanya selamat dalam pemungutan suara dengan meraih suara yang diperlukakn sedikitnya 238.
"Parlemen memutuskan akan memberikan kepercayaan kepada perdana menteri itu dan sembilan menteri lainnya untuk tetap memangku jabatan mereka," kata ketua parlemen Chai Chidchob. Ini adalah mosi tidak percaya ketiga yang dihadapi Abhisit sejak tahun 2009.
Para anggota parlemen oposisi tampaknya memiliki peluang kecil untuk menang dalam mosi tidak percaya itu karena mereka tidak memiliki suara mayoritas di majelis rendah parlemen. Dalam sidang itu, mereka menuduh Abhisit menyalah gunakan kekuasaan dalam operasi-operasi militer yang menimbulkan korban jiwa April dan Mei tahun lalu yang bertujuan membersihkan para pemrotes "Baju Merah" yang anti pemerintah dari jalan-jalan ibu kota Bangkok.
Mereka juga menyalahkan dia atas terjadinya kebakaran besar di mall Central World Bangkok -- salah satu dari puluhan gedung yang terbakar setelah tindakan keras militer itu. Pemerintah membantah tuduhan itu dan menyalahkan para pemrotes atas aksi-aksi pembakaran itu.
Masyarakat Thailand tetap pecah setelah lebih dari 90 orang tewas dalam bentrokan-bentrokan tahun lalu antara tentara dan para pengunjuk rasa--- kerusuhan politk terburuk kerajaan itu dalam puluhan tahun belakangan ini. Pada hari Sabtu kelompok Baju Merah berencana akan melakukan unjuk rasa di jalan-jalan di Bangkok, yang diperkirakan akan diikuti ribuan pendukungnya.
Kelompok Baju Merah yang mendapat dukungan luas penduduk desa dan kelas pekerja adalah pendukung setia mantan PM Thaksin Shinawatra yang disingkirkan oleh kudeta militer tahun 2006 dan tinggal di luar negeri untuk menghindari hukuman penjara karena melakukan tindak pidana korupsi .
Mereka menganggap pemerintah itu tidak demokratis karena berkuasa tahun 2008 dalam satu keputusan parlemen setelah pengadilan memutuskan pembubaran pemerintah sebelumnya-- satu tuduhan yang dibantah keras pemerintah Abhisit.
Beberapa pemimpin Baju Merah bermaksud akan ikut mencalonkan diri dibawah bendera partai Puea Thai dalam pemilu mendatang.