REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Penyelidikan aktor-aktor di balik pengiriman paket bom yang belakangan marak terjadi harus terus berjalan. Karena, hal tersebut menjadi perhatian masyarakat. Polri tidak boleh terkecoh oleh persoalan lain termasuk masalah internal yang dapat menghambat penyelidikan
"Penyelidikan tidak boleh terganggu persoalan lain," ungkap Presidium Indonesian Police Watch (IPW), Neta Sanuni Pane, saat dihubungi Republika, Ahad (20/3).
Di saat kasus bom marak, Neta menyebutkan Polri justru dipusingkan dengan persoalan internal tentang siapa pengganti Kepala Badan Intelijen dan Keamanan yang baru. Jabatan tersebut saat ini dipegang Komisaris Jenderal Wahyono. Pada pertengahan April nanti, dia akan pensiun dan mengakhiri kariernya di kepolisian.
Neta menyatakan belakangan ini marak terdengar alumni akademi kepolisian angkatan 1978 akan menggantikannya. Siapakah dia? Neta sendiri masih menyelidiki.
Yang jelas, Kata Neta, Kapolri Jenderal Timur Pradopo beserta jajarannya jangan sampai dipusingkan persoalan internal itu sehingga penyelidikan kasus besar seperti penyelidikan paket bom tidak terhambat. "Timur harus bisa memfokuskan jajaran intelkam untuk mencari pelaku pemboman. Itu harus bisa, meskipun Kabaintelkam akan diganti," paparnya.
Beberapa paket bom tersebar di Jakarta Selatan, Jakarta Timur, dan Bogor. Paket yang diduga bom sempat ditemukan di Kawasan Kota Wisata, Cibubur, yang hanya berjarak dua kilometer dari rumah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Paket bom di Jl Utan Kayu, Rawamangun, Jakarta Timur, meledak dan mengakibatkan tangan kiri Kasatreskrim Jakarta Timur, Komisaris Dodi Rahmawan, harus diamputasi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.