Ahad 20 Mar 2011 15:33 WIB

Gempuran Pesawat Sekutu Tewaskan 48 Warga Libya

Libya
Libya

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI - Televisi pemerintah Libya melaporkan 48 orang tewas dan 150 lainnya cedera akibat serangan udara sekutu, dan serangan-serangan baru masih terjadi di Tripoli Ahad (20/3) pagi. Pasukan Barat menghantam sasaran-sasaran di sepanjang pantai Libya, Sabtu dengan menggunakan serangan udara dan laut terhadap pasukan Muamar Gaddafi agar melakukan gencatan senjata dan menghentikan serangan terhadap penduduk sipil.

Stasiun televisi CBS News di laman internetnya, Ahad mengatakan tiga pembom siluman AS B-2 menjatuhkan 40 bom di satu "lapangan udara penting" Libya, yang tidak disebutkan namanya. Seorang juru bicara Pentagon mengatakan pihaknya tidak memperoleh informasi tentang serangan itu. Pesawat-pesawat tempur Prancis melancarkan serangan pertama dalam intervensi militer internasional terbesar di dunia Arab sejak invasi di Irak tahun 2003, menghancurkan tank-tank dan kendaraan-kendaraan lapis baja di daerah Benghazi, pangkalan pemberontak di Libya timur.

Beberapa jam kemudian kapal-kapal perang Amerika Serikat dan Inggris dan kapal-kapal selam menembakkan 110 rudal Tomahawk ke pertahanan udara sekitar ibu kota Tripoli dan kota Misrata di daerah barat, yang dikepung pasukan Gaddafi, kata para pejabat militer AS. Mereka mengatakan pasukan AS dan pesawat-pesawat tempur bekerja sama dengan Inggris, Prancis, Kanda dan Italia dalam operasi 'Fajar Odyssey'.

Gaddafi menyebutnya agresi 'penjajahan, salib'. "Kini perlu mengeluarkan perbekalan dan mempesenjatai seluruh massa dengan semua jenis senjata untuk mempertahankan kemerdekaan persatuan dan kehormatan Libya," katanya dalam satu pesan audio yang disiarkan televisi pemerintah beberapa jam setelah serangan-serangan itu dimulai.

China dan Rusia, yang abstain dalam pemungutan suara Dewan Keamanan PBB pekan lalu yang menyetujui intervensi, menyatakan penyesalan mereka terhadap aksi militer itu. Kementerian luar negeri China mengatakan pihaknya mengharapkan konflik itu tidak membawa kehilangan nyawa warga sipil yang lebih besar.

Ledakan-ledakan dan tembakan anti pesawat bergema di Tripoli pada Ahad pagi. Tembakan itu disusul dengan suara 'Allahu Akbar' yang bergema di seluruh pusat kota itu. Televisi Libya menayangkan gambar dari satu rumah sakit yang tidak disebutkan namanya tentang apa yang disebutnya korban-korban "musuh penjajah". Sepuluh mayat ditutup dengan kain berwarna putih dan biru, dan beberapa orang cedera, satu di antara mereka berada kondisi parah, kata televisi itu.

Penduduk Tripoli mengatakan mereka mendengar suara ledakan keras dekat distrik Tajoura di sebelah timur sementara di Misrata mereka mengatakan serangan-serangan ditujukan pada pangkalan udara yang digunakan pasukan Gaddafi. Seorang saksi mata Reuters di pangkalan pemberontak di Benghazi, Libya timur melaporkan suara ledakan-ledakan keras dan tembakan anti pesawat, tetapi tidak jelas pihak mana yang menembak.

Intervensi itu , setelah berminggu-minggu perdebatan diplomatik disambut dengan gembira di Banghazi. "Kami kira ini akan mengakhiri kekusaan Gaddafi. Rakyat Libya tidak akan pernah melupakan sikap Prancis terhadap mereka.Jika tidak ada mereka , maka Benghazi akan dikuasai malam ini," kata Iyad Ali,37 tahun.

"Kami menghormati Prancis, Inggris, AS dan negara-negara Arab karena berpihak pada Libya . Kami kira Gaddafi akan melampiaskan kemarahannya pada warga-warga sipil. Jadi Barat harus menghantam keras dia," kata karyawan sipil Khalid al Ghurfaly, 38 tahun.

Serangan-serangan yang dilancarkan dari sekitar 25 kapal perang termasuk tiga kapal selam di Mediterania, disusul satu pertemuan di Paris para pemimpin Barat dan Arab yang mendukung intervensi itu. Presiden Prancis Nicolas Sarkozy mengatakan pera peserta setuju menggunakan "semua cara yang diperlukan, khususnya militer" untuk memberlakukan resolusi Dewan Kemanan PBB yang menyerukan dihentikannya serangan-serangan terhadap warga sipil.

"Kolonel Gaddafi telah membuat tindakan ini dilakukan," kata PM Inggris David Cameron kepada wartawan setelah pertemuan itu. "Kita tidak dapat mengizinkan pembunuhan terhadap warga sipl dilanjutkan." Di Tripoli, ribuan orang berkumpul di istana Bab al Aziziyah, kompleks Gaddafi yang dibom pesawat-pesawat tempur AS tahun 1986 untuk menunjukkan dukungan mereka.

"Ada 5.000 anggota suku yang siap datang ke sini utnuk berperang bersama pemimpin kami. Barat lebih baik tidak berusaha menyerang negara kami," kata petani Mahmoud el Mansouri. "Kami akan membuka gurun-gurun Libya dan mengizinkan para warga Afrika datang ke Eropa untuk meledakkan diri mereka sebagai pembom-pembom bunuh diri."

sumber : Antara/Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement