REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Sekjen Forum Umat Islam (FUI) Al Khaththath tidak membantah telah diwawancarai oleh televisi Al Jazeera, tahun ini. Yaitu setelah dia membuat pernyataan akan me-Mesir-kan Indonesia, di tengah maraknya isu pembubaran ormas.
Tapi, Al Khaththath mengatakan pemberitaan televisi itu tidak tepat. “(Penggulingan SBY) itu kesimpulan mereka saja,’’ tepis dia, Rabu (23/3).
Al Khaththath mengatakan dasar yang digunakan sebagai argumen dirinya hendak menggulingkan SBY adalah pesan melalui layanan pesan singkat (SMS) yang dia kirim ke beberapa orang, setahun lalu. “Bunyi SMS itu, jika terjadi masa vakum,” kata dia.
Kevakuman yang menjadi syarat revolusi itu, menurut Al Khaththath terkait dengan pansus skandal Bank Century saat itu. “Kalau vakum akibat pansus itu, kami gerak,” tegas dia.
Apalagi saat itu, tutur Al Khaththath, nasional demokrat juga menyuarakan kesiapan mereka untuk mengisi kevakuman yang mungkin terjadi itu. “Kalau nasionalis siap, umat Islam juga siap. Itu maksudnya,” ujar dia. Menurutnya itu persoalan hak konstitusional warga negara.
Satu lagi, syarat gerakan revolusi itu adalah kevakuman kekuasaan, yang artinya SBY tak lagi berkuasa. “Berarti bukan menggulingkan SBY kan,’’ tegas dia.
Al Khaththath tidak membantah mengenai nama dan keberadaan Dewan Revolusi Islam. “Bagus namanya,” ujar dia soal alasan pemilihan nama.
Revolusi, ujar Al Khaththath, juga bukanlah diksi negatif. Menurut dia, nama Dewan Revolusi Islam itu bagus. “Bung Karno itu pemimpin besar revolusi. Kalau revolusi diartikan makar, apakah kemudian Bung Karno adalah pemimpin besar makar?” papar dia.
Soal keterkaitan dengan Jendral baik yang aktif maupun purnawirawan, Al Khaththath mengingatkan bahwa organisasinya mengatasnamakan umat Islam. “SBY mau masuk juga diterima. Asal mau terapkan syariat Islam,” kata dia.