REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--BSM sudah menduduki peringkat ke-21 dari 121 bank umum yang beroperasi di Indonesia.
“Kita memulai dari ranking ke-90 PADA 11 tahun lalu. Lima tahun kemudian kita berada di peringkat 32 dan sekarang sudah ada di ranking 21,” Direktur Utama BSM, Yuslam Fauzi
Selain kenaikan peringkat, BSM juga berhasil membuktikan diri sebagai bank umum dengan prestasi dan kinerja yang sangat baik. Rating BSM yang lima tahun lalu hanya berpredikat single B, kini sudah double E minus.]
Menurut Yuslam, salah satu kunci keberhasilan BSM adalah budaya kerja pegawai yang memiliki rasa kepemilikan yang tinggi terhadap perusahaan. “Karena itu, kita akan terus meningkatkan engagement dan semangat kerja karyawan lebih baik lagi.”
Dikatakan, pada tahun 2015 mendatang, BSM berharap bisa masuk dalam jajaran bank peringkat 15 besar. Perusahaan siap melakukan perbaikan-perbaikan dan strategi-strategi bisnis demi melonjakkan pertumbuhan aset. “Apa saja strateginya tentu tidak bisa saya utarakan, itu ibarat aurat yang nggak boleh dibuka,” ucap Yuslam.
Selama lima tahun terakhir, nilai aset BSM terus meningkat. Pada tahun 2006, aset BSM sebesar Rp 9,5 triliun. Kemudian berturut-turut meningkat menjadi Rp 12,9 triliun (2007), Rp 17,1 triliun (2008), dan Rp 22 triliun (2009). “Sekarang aset kami per Oktober 2010 sudah mencapai Rp 28,31 triliun,” kata Yuslam.
Adapun perolehan Dana Pihak Ketiga (DPK) BSM sampai Oktober mencapai Rp 25,06 triliun dengan pembiayaan sebesar Rp 22,03 triliun. Untuk menggerakkan sektor riil, ke depan BSM akan lebih mendongkrak porsi pembiayaan terhadap sektor UMKM dibandingkan korporasi.
Komposisi pembiayaan terhadap UMKM dan korporasi pada tahun ini, lanjut Yuslam, berada pada posisi terbalik dibandingkan komposisi pembiayaan pada tahun 2005 silam. “Waktu 2005, komposisinya 38,12 persen UMKM dan 61,88 persen korporasi, tapi 2010 ini komposisi untuk UMKM 67,77 persen dan korporasi 32,23 persen,” tandas Yuslam.