Ahad 27 Jun 2010 04:36 WIB

Ayo Selamatkan Kaum Ibu!

Red: irf

REPUBLIKA.CO.ID, Rata-rata 10 persen ibu di Indonesia tidak pernah memeriksakan kandungannya ke petugas kesehatan dan 30 persen ibu di Indonesia tidak melahirkan di dokter atau bidan. Mereka lebih memilih untuk melahirkan di dukun. Fakta yang dikeluarkan oleh Direktorat Bina Kesehatan Ibu Departemen Kesehatan RI ini menjadi penyebab kematian ibu hamil masih terbilang tinggi di Indonesia. Angka kematian ibu hamil ini banyak disebabkan karena para ibu tidak mempunyai akses untuk pergi ke bidan maupun dokter yang ada di daerah-daerah.

Saat ini, berdasarkan data dari Depkes, 70 persen ibu hamil yang mengalami komplikasi tidak tahu harus ke mana menangani masalah otu. Sementara itu, 30 persen sisanya belum tentu tertolong ketika datang ke petugas medis di daerah-daerah. Hal ini karena keterbatasan alat dan keahlian serta pengetahuan yang dimiliki oleh tenaga-tenaga medis di daerah terpencil.

Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dll. (Budi, Utomo. 1985). Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia mencapai angka 307 per 100.000 kelahiran hidup. AKI Indonesia bahkan dinobatkan sebagai AKI tertinggi di Asia. Sebuah kenyataan yang sangat ironis mengingat ibu adalah pendidik generasi bangsa selanjutnya.

Ada banyak faktor yang menyebabkan tingginya AKI di Indonesia. Penyebab langsung di antaranya komplikasi obstetri: pendarahan, infeksi, eklamsi, partus macet. Sedangkan faktor tidak langsung terdapat istilah 3 Terlambat (terlambat ambil keputusan, terlambat transportasi, terlambat mendapat pelayanan kesehatan) dan 4 Terlalu (terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat, terlalu sering).

Departemen Kesehatan sendiri menargetkan angka kematian ibu pada 2010 turun sekitar 226 orang dan pada tahun 2015 turun menjadi 102 orang per tahun. Untuk mewujudkan hal ini, Depkes menjalankan berbagai program, termasuk kegiatan penanganan komplikasi yang merupakan hal paling vital dalam menyelamatkan ibu hamil. Selain itu, Depkes juga sedang mengusahakan untuk mengalokasikan dana bagi penyediaan gizi bagi ibu hamil. Depkes sedang mencoba memasukkan anggaran bagi penyediaan gizi hamil ke RAPBN, tapi sayangnya, sampai saat ini pemerintah belum menyediakannya. Ini menambah panjang daftar permasalahan yang dihadapi ibu hamil, terutama mereka yang berasal dari kalangan tak berpunya atau miskin.

Problem kemiskinan masyarakat Indonesia memang teramat dahsyat. Problem kemiskinan dan mahalnya kesehatan telah melahirkan turunan problem lain yang akan terbawa dari generasi ke generasi. Bertambahnya jumlah orang miskin di Indonesia, menjadi masalah tersendiri bagi upaya penyediaan pelayanan kesehatan yang layak bagi mereka. Bila pada tahun 2005, penduduk miskin yang ditanggung Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin (JPKMM) yang dijalankan pemerintah melalui Askeskin sebanyak 36,14 juta jiwa, maka pada tahun 2007 saja jumlahnya membengkak menjadi 76,4 juta jiwa. Sementara itu, keterbatasan yang dialami pemerintah dalam menyediakan dana untuk melayani masyarakat miskin sering berimbas kepada banyaknya rumah sakit yang akhirnya menolak melayani orang miskin.

Dompet Dhuafa terus menggulirkan program-program solusi pemberdayaan yang membantu meringankan beban masyarakat miskin. Mahalnya biaya pengobatan dan sulitnya akses kesehatan mendorong Dompet Dhuafa mengembangkan program jaminan sosial kesehatan masyarakat dalam bentuk Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC), yang digulirkan pada tahun 2001 dan telah melayani sekira 447.883 pasien dari masyarakat miskin di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jadebotabek) hingga akhir tahun 2009.

Seiring dengan meningkat dan semakin kompleksnya kasus rujukan yang ditangani LKC, perlu adanya pengembangan dan peningkatan akses layanan kesehatan yang dimiliki dan didedikasikan untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin. Maka pada awal tahun 2009 yang lalu, di atas lahan seluas 36.000 m2 dan berlokasi di Jalan Raya Parung, Desa Jampang, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, telah diletakkan batu pertama pembangunan Rumah Sehat Terpadu (RST) yang merupakan fasilitas pelayanan kesehatan cuma-cuma berbentuk rumah sakit dengan pendekatakan kehangatan keluarga, ketepatan professional, dan sentuhan hati bagi masyarakat yang tidak mampu.

Rabu (23/6) kemarin, atas izin Allah dan berkat dukungan dari Anda, pembangunan RST telah secara resmi dimulai. Semoga rumah sakit gratis untuk dhuafa pertama di Indonesia ini dapat segera terwujud, sehingga bisa membantu meringankan beban orang-orang miskin—termasuk menurunkan angka kematian ibu-ibu hamil yang miskin—di Indonesia.

sumber : dompet dhuafa
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement