REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rokok elektronik sudah ada di Indonesia. Beberapa pusat perbelanjaan sudah menjualnya. Namun, keberadaan rokok ini dipertanyakan Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Kartono Muhammad. "Apakah badan POM sudah mengawasi keberadaan rokok ini," katanya Sabtu, (3/7) dalam workshop "Investigasi Fakta di Balik Mitos Industri Tembakau" di Hotel Santika.
Menurutnya, rokok elektronik kemungkinan masih memiliki kandungan nikotin. "Kandungan ini yang membuat orang tetap kecanduan," katanya.
Ada kemungkinan, lanjutnya target konsumennya adalah remaja karena membidik gaya hidup yang bisa ditimbulkan saat merokok dengan rokok elektronik ini. "Ditakutkan, rokok ini dijadikan 'tahap awal' untu perokok pemula," katanya.
Harga jual rokok elektronik ini mencapai Rp200 ribu. Bentuknya pun tak jauh berbeda dengan rokok pada umumnya. Dibagian ujung rokok, ada lampu yang jika rokok elektronik itu dihisap akan menyala. Asap yang keluar pun jauh lebih sedikit. Itu pun bukan asap yang keluar melainkan sejenis uap air.
Rokok ini bisa dihisap sampai 150 kali dan dapat di charge. Untuk isi ulangnya, per batang dijual Rp40-50 ribu. Keberadaan rokok ini dianggap perlu dicurigai keberadaannya. "Apakah sudah ada perizinannya," kata Kartono.
Para produsen rokok, katanya, harus mulai mencari pengganti perokok yang sudah tua. Bisa saja, lanjutnya, anak-anak, remaja, dan perempuan dijadikan target untuk menjadi perokok baru dengan bentuk kemasan nikotin yang berbeda.