REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Kementerian Kesehatan menemukan 57 kasus kelainan tumbuh kembang anak. Ke-57 anak-anak tersebut diketahui setelah pemerintah melakukan pelayanan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK).
Pada kegiatan yang dilakukan untuk memperingati hari anak nasional tersebut, pemerintah memerikasa 476 anak. Terdapat lima kelainan tumbuh kembang anak yang paling sering dijumpai. Rinciannya, 22 anak mengalami delayed developement, 14 anak global delayed developement, gizi kurang sebanyak 10 anak, mikrochepali 7 anak, dan terakhir 7 anak tidak bertambah berat dalam beberapa bulan terakhir.
Direktur Kesehatan Anak Kemenkes, Fatni Sulami mengatakan, pemerintah telah memberi perawatan lebih lanjut kepada anak-anak itu. Terdapat empat rumah sakit yang menjadi rujukan, "RSCM, RS Harapan Kita, RS Fatmawati, dan RS Budi Kemuliaan," ujar Fatni dalam jumpa pers di kantornya, Jumat (16/7).
Ia menjelaskan, SDIDTK tersebut dilakukan di tiga kesempatan. Kesempatan pertama dan kedua dilakukan di kantor Kemenkes. Selanjutnya, kegiatan serupa juga dilakukan di gedung SMESCO, Jakarta. Pemeriksaan tersebut dilakukan terhadap anak-anak berusia antara 0-6 tahun. Anak-anak itu didatangkan dari wilayah DKI Jakarta.
Fatni mengungkapkan, pemeriksaan dini pada anak sangat penting. Bila penyimpangan terlambat dideteksi, maka akan lebih sulit diintervensi dan akan mempengaruhi tumbuh kembang anak.