REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG--Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) bisa terjadi pada semua lapisan keluarga. Namun hasil kajian Women’s Crisis Centre (WCC) Sumatera Selatan (Sumsel) menemukan di Palembang, kasus KDRT banyak terjadi pada lapisan golongan keluarga menengah ke atas.
Direktur Eksekutif WCC Palembang, Yeni Roslaini Izi, Kamis (29/7) mengatakan, kasus KDRT di Palembang ditemukan lebih didominasi masyarakat yang secara ekonomi mampu, lapisan keluarga kelas menengah ke atas atau kalangan mapan. “Perbandingannya, pada masyarakat ekonomi menengah ke atas dan masyarakat kelas menengah 60% berbanding 40%," ujarnya
Kajian WCC Sumsel menemukan bahwa pada keluarga menengah ke atas mereka lebih sadar hukum sehingga punya keberanian melapor ke lembaga terkait. “Demikian pula pengaduan yang masuk ke WCC banyak berasal dari keluarga mapan. Kasus KDRT pada lapisan ini terjadi karena adanya perubahan gaya hidup dalam rumah tangga, kehidupan yang glamour dan materialistis,” katanya.
Yeni Izi memberi contoh, misal pada keluarga mapan, suami ketahuan selingkuh dan menikah lagi sehingga terjadi percekcokan yang menyebabkan kekerasan terhadap istri. “Jadi kalau ada yang beranggapan kasus KDRT lebih banyak terjadi karena faktor ekonomi dan terjadi di kalangan masyarakat kelas menengah ke bawah, sudah tidak relevan lagi. Justru di segemen keluarga kayalah yang paling banyak terjadi KDRT.”
Bagi WCC kasus KDRT seperti gunung es, mengingat yang terungkap ke permukaan hanya sedikit, tetapi sebenarnya yang terjadi jauh lebih banyak. Data LSM itu mencatatat kekerasan terhadap perempuan di Sumsel pada 2008–2009 terjadi penurunan, dari 396 kasus pada 2008 menjadi 374 kasus pada 2009.
Khusus pada 2008 terdapat 210 kasus, sementara pada 2009 terjadi 194 kasus. Kekerasan lainnya dalam bentuk perkosaan terjadi 43 kasus pada 2008 dan turun menjadi 42 kasus pada 2009. Sementara, kasus perdagangan perempuan dan anak terjadi 81 kasus pada 2008 dan turun menjadi 30 kasus pada 2009.
Dari berbagai kasus KDRT dan kekerasan terhadap perempuan serta anak, menurut Yeni Izi, kekerasan tersebut justru dilakukan oleh orang-orang yang sudah berpendidikan. Ada yang sudah menyelesaikan S-1, S-2 ada juga yang sudah S-3. “Bahkan istri pejabat penting pun ada yang melaporkan kasus KDRT ini ke WCC,” tambahnya seraya mengatakan tidak akan menyebut identitas korban karena WCC sudah memiliki komitmen menjaga kerahasiaan pelapor KDRT.