REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kasus rabies masih belum hilang dari nusantara. Tahun 2010, terdapat 113 orang meninggal akibat penyakit ini. Kasus tersebut terjadi di 24 provinsi di Indonesia. Bali menjadi daerah yang paling rawan dengan 83 kasus kematian.
Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, Rita Kusriartuti, menuturkan, kasus rabies di Indonesia masih cukup tinggi. Bahkan khusus di Bali, hingga 9 Agustus 2010, kasus gigitan hewan pembawa rabies (GHPR) mencapai, 53.412 kasus. "Tapi belum ada laporan wisatawan asing meninggal akibat rabies."
Tingginya jumlah korban yang meninggal karena kurangnya informasi. Dia mengatakan, seharusnya korban membersihkan luka gigitan beberapa menit setelah kejadian. "Luka gigitan harus dibersihkan dengan air mengalir selama 10-15 menit," ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Jumat (13/8). Akibat keterlambatan membersihkan luka tersebut, korban terancam tak bisa disembuhkan.
Rita mengatakan, pihaknya kini telah menyuntikkan vaksin ke hampir 360 ribu anjing di Provinsi Bali. Pemerintah pun memperkirakan terdapat kurang lebih 500 ribu anjing yang kini berkeliaran di Bali. Rita meyakini, upaya vaksinasi tersebut menurunkan risiko terjangkitnya rabies sekitar 2,8 juta orang dari populasi sekitar 4 juta jiwa.
Selain di Bali, kasus rabies di Pulau Nias juga cukup tinggi. Pada Februari, terdapat empat penduduk Kota Gunung Sitoli memiliki gejala klinis rabies. Hingga 26 Juli, total terdapat 23 kasus meninggal dengan 857 peristiwa GHPR. Selain itu, pihaknya pun telah memvaksinasi sekitar 815 anjing.
Pemerintah menargetkan Bali bebas rabies pada 2012. Insititusinya pun berencana terus melakukan vaksinasi secara menyeluruh. Selain itu, pemerintah juga akan melakukan sosialisasi terhadap penanganan kasus rabies kepada masyarakat.