REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON--Dalam sebuah penelitian di Lancet, ilmuwan dari Amerika Serikat, yang telah membentuk Global Task Force on Expanded Access to Cancer Care and Control in Developing Countries(GTF.CCC) menyatakan kanker sekarang menjadi penyebab utama kematian di negara-negara miskin. Di sisi lain, mereka sering mengabaikan dalam melakukan upaya pencegahan. Di sisi lain, tak ada langkah terprogram aparat yang berwenang untuk melakukan pencegahan dan rencana pengobatan.
Menurut GTF.CCC, tingkat kanker di negara miskin dan berkembang telah meningkat secara drastis dari tahun 1970. Jika tiga dasawarsa lalu penderita kanker di wilayah ini hanya 15 persen dari angka keseluruhan penderita kanker dunia, maka angka itu kini menjadi 56 persen. Bahkan pada 2030, diprediksi akan menjadi 70 persen jika tidak ada langkah bersama menanggulanginya.
Lembaga ini juga menyayangkan perhatian internasional yang hanya menyisihkan 5 persen dari sumber daya global untuk kanker di negara-negara berkembang -- dan lebih memfokuskan pada negara maju yang akses terhadap pengobatan kanker maskin modern. Padahal, sampai 80 persen kematian akibat kanker setiap tahun terjadi di negara-negara miskin.
"Kanker tidak lagi menjadi beban negara-negara berpenghasilan tinggi," kata Felicia Knaul dari Harvard Global Equity Initiative, yang menuliskan hasil penelitian ini. "Waktunya telah tiba untuk menantang dan membantah asumsibahwa kanker akan tetap tidak bisa diobati di negara-negara miskin."
Ia mencontohkan kanker payudara. Asal terdeteksi secara dini, kanker ini bisa diobati dengan obat-obatan generik, bukan obat paten, yang harganya lebih terjangkau.