REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Penambahan jumlah rumah sakit sayang ibu dan bayi (RSSIB) sangat diperlukan. Pemerintah menargetkan 60 persen RS di seluruh Indonesia sebagai RSSIB pada 2014.
Direktur Medik Spesialistik Kementerian Kesehatan, Andi Wahyuningsih, mengatakan peningkatan jumlah RSSIB juga berimplikasi pada kebutuhan lainnya. Peningkatan tersebut juga harus dibarengi dengan kompetensi sumber daya manusia yang mencukupi. "Kita adakan sosialisasi dan berbagai kegiatan peningkatan kualitas SDM," ujar Andi, Jumat (20/8), di Jakarta.
Penetapan target tersebut juga berkaitan dengan millenium developement goals (MDGs) yang harus dipenuhi pada 2015. Dengan semakin banyaknya RSSIB, tuturnya, dapat menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB).
Selain itu, semakin banyaknya RSSIB dapat mempermudah sosialisasi pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan kepada bayi. Saat ini Kemenkes mengaku kesulitan dalam melakukan sosialisasi ASI ekslusif di rumah-rumah sakit. Ia mengakku anggaran khusus untuk sosialisasi ASI di Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat tidak ada.
Direktur Bina Kesehehatan Gizi Kemenkes, Minarto, menambahkan sosialisasi tersebut dilakukan secara bersama dengan berbagai pihak. AMereka yang terlibat antara lain pemda, WHO, UNICEF, dan organisasi kewanitaan.
Dengan kerja sama itu, lanjutnya, sosialisasi dapat dilakukan dengan lebih efektif. Tak hanya itu, dana pun menjadi lebih efisien.
Sementara itu, Menteri Kesehatan, Endang Rahayu Sedyaningsih, berencana memberikan layanan persalinan gratis kepada masyarakat. Layanan tersebut diberikan di tingkat puskesmas dan RS kelas III.