REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Hujan yang terus menerus menguyur Yogya meski belum masuk musim penghujan bukan hanya merugikan para petani. Dari sisi kesehatan, musim hujan dini juga merugikan.
Di Yogyakarta, kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) hingga September 2010 ini tercatat sebanyak 1.123 kasus. Jumlah itu naik 40 persen dibandingkan data hinga akhir tahun 2009 lalu yang hanya 688 kasus dan tahun 2008 yang hanya 768 kasus. Kasus DBD itu diyakini akan terus meningkat seiring terus turunnya hujan.
Kasie Pemberantasan Penyakit Menular Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta, dr Fita Yulia K, mengatakan hujan yang terus menerus mengguyur kota Yogyakarta meskipun belum masuk musim penghujan menjadi penyebab meningkatnya kasus DBD di kota tersebut. ''Ini memang penyebab klasik, tetapi memang seperti itu selain juga kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungannya terhadap jentik nyamuk,'' paparnya di Balikota Yogyakarta, Selasa (21/9).
Menurutnya, jumlah kasus DBD tahun ini termasuk cukup tingi. Berdasarkan data Kota Yogyakarta pernah dinyatakan Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD pada tahun 1998 dengan jumlah kasus 1.638 dan 23 kasus kematian akibat penyakit tersebut. Setelah tahun itu hinga 2009 kasus DBD di KOta Yogyakarta tidak mencapai 1.000 kejadian.
Tetapi tahun 2010 ini hinga data September telah ditemukan 1.123 kasus DBD. Dari jumlah tersebut, kasus terbanyak di temukan di Kelurahan Gerdongkiwo sebanyak 62 kasus, Kelurahan Suryodiningratan 55 kasus, Kelurahan Baciro 51 kasus, Kelurahan Ngampilan 4 kasus dan Kelurahan Sorosutan 43 kasus. ''Ini sudah bisa dikatakan KLB, tetapi karena data secara umum di Provinsi DIY juga naik maka nampaknya memang menyeluruh. Yang berhak menyatakan KLB sendiri adalah pemerintah daerah,'' ujarnya.
Diakuinya, pihaknya telah menerjunkan 261 pemantau jentik nyamuk di setiap rukun warga (RW) di Yogyakarta. Namun kata dia, tanpa dibarengi dengan kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan maka usaha tersebut sia-sia.