REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA - Saat ini ada 70 fakultas kedokteran se-Indonesia, tetapi lulusan dokter spesialisnya masih jauh dari kebutuhan, sehingga gap kekurangan dokter spesialis makin besar. Sebelumnya kekurangan sekitar 8-10 ribu dokter spesialis, sekarang kekurangannya sekitar 14 ribu dokter spesialis.
''Ini masalah yang sangat sangat serius. Masalahnya tidak hanya jumlah dokter spesialis yang diproduksi saja, melainkan juga mekanisme pendistribusian,''ungkap Dirjen Bina Upaya Kesehatan dr Supriyantoro, SpP, MARS dalam Pidato Dies Natalis ke-65 Fakultas Kedokteran UGM, di Auditorium Fakultas Kedokteran UGM, Jum'at (4/3). Oleh karena itu, dia menambahkan, harus sama-sama dilakukan sinergi antara berbagai pihak termasuk dengan rumah sakit di daerah.
Sementara itu Dekan Fakultas Kedokteran UGM Prof Ali Ghufron Mukti dalam laporannya mengatakan FK UGM berkomitmen menjadi institusi pendidikan terkemuka yang berkelas dunia (world class). Wakaupun demikian UGM tidak melupakan peran dan tugasnya untuk meningkatkan kualitas dan memenuhi kebutuhan doter spesialis di masyarakat.
Sebab, kata dia, berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, sebagian wilayan Indonesia masih belum mendapat pelayanan dokter spesialis yang memadai. Oleh karena itu pemenuhan kebutuhan dokter spesialis masih sangat diperlukan.
Pada Tahun 2010 FK UGM telah meluluskan 133 orang dokter spesialis. Dengan demikian jumlah total lulusan dokter spesialis sebanyak 2051 orang. Mereka tersebar di seluruh Indonesia dan sebagian di luar negeri,'' kata dia.
Meski program pendidikan dokter spesialis memerlukan waktu relatif lama dibandingkan dengan pendidikan master, FK UGM telah mengembangkan program gelar ganda (M.Sc-Sp) untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan pemerintah dan swasta.
''Mengingat dinamika perkembangan keilmuan yang semakin pesat dan tantangan dari masyarakat yang semakin kritis dan sadar akan hak-haknya, dokter spesialis dituntut untuk selalau membuat keputusan klinis berbasis bukti,''ungkap Ghufron.