REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG - Sebanyak 794 ibu di Jawa Barat meninggal dunia saat melahirkan akibat mengalami pendarahan dan mengidap hipertensi.
"Meski angka kematian itu menurun dibandingkan 2009, namun hal tersebut tetap menjadi pekerjaan rumah karena masih tinggi," kata Kepala Bidang Pelayanan Masyarakat Dinas Kesehatan Jawa Barat, Niken Budisastuti, di sela-sela Seminar Kependudukan dan KB di Bandung, Senin (7/3).
Niken menyebutkan jumlah ibu melahirkan pada 2010 di Jawa Barat sebanyak 685.274 orang. Sebanyak 794 orang ibu diantaranya meninggal dunia baik saat kehamilan, melahirkan maupun masa nifas. Sedangkan, kematian ibu saat melahirkan pada 2009 sebanyak 814 orang.
Penyeyab utama kematian ibu melahirkan adalah pendarahan dan hipertensi. Selain itu, terdapat pula kasus akibat penanganan yang tidak melibatkan tenaga medis. "Kelahiran hanya dengan paraji atau dukun beranak sangat berisiko. Sebagian besar menjadi pemicu lambatnya pertolongan kepada ibu melahirkan pada saat masa kritis," kata Niken.
Dia menyebutkan pemicu kerawanan saat melahirkan juga akibat hamil usia muda atau terlalu tua. Jarak kelahiran terlalu pendek dan kurangnya pemeriksaan kondisi kehamilan menjadi penyebab lainnya.
Untuk menekan angka kematian ibu, Dinas Kesehatan Jabar membangun sebanyak 87 Puskesmas Poned yang dilengkapi dengan fasilitas penanganan persalinan. "Persalinan wajib didampingi oleh petugas medis. Salah satunya melengkapi dengan Puskesmas Poned di daerah. Itu termasuk menempatkan bidan di Puskesmas desa," kata Niken.
Terkait pemberdayaan paraji atau dukun beranak, Niken menyebutkan mereka bisa menjadi pendamping petugas bidan saat proses kelahiran. Pemprov Jabar sendiri telah berupaya mencetak sebanyak 2.000 bidan desa sejak 2009. Mereka selanjutnya akan disebar ke daerah asal masing-masing.
"Paraji dilibatkan terutama pascakelahiran. Mereka terus diberi pengetahuan tentang kebersihan dan standar penanganan kelahiran yang aman,'' katanya. ''Kelahiran tetap harus dilakukan oleh bidan."