JAKARTA--Penggunaan pupuk kimia/sintesis (anorganik) secara terus-menerus ternyata telah mengakibatkan tanah pertanian di Indonesia menjadi 'sakit'. Unsur hara tanah yang sangat penting untuk tumbuh-kembang tanaman terus tergerus dengan penyebaran pupuk kimia selama bertahun-tahun.
Untuk mengembalikan unsur hara tanah ke kondisi semula, diperlukan sebuah gerakan mendukung penggunaan pupuk organik. Untuk itulah, semua pihak yang terlibat dalam kegiatan pertanian harus melakukan gerakan kembali ke organik.
Menteri Pertanian (Mentan), Suswono, mengatakan, sejak tahun 1970, lahan-lahan pertanian di Indonesia mulai ditaburi pupuk anorganik secara massal. ''Akibatnya, makin lama kesuburan tanah pertanian makin menurun,'' ujar Suswono pada acara 'Matahari Food Business Mendukung Program Pemerintah Go Organik 2010' di Jakarta, Kamis (15/4).
Kecuali menurunkan unsur hara tanah, Mentan melanjutkan, penggunaan pupuk anorganik juga berpengaruh terhadap sifat produksi pertanian yang dihasilkan petani. Sifat kimia yang reaktif menurun pada produksi-produksi makanan hasil pertanian.
Akibat lebih jauh, manusia yang mengkonsumsi makanan dari produk pertanian berpupuk anorganik akan mempunyai sifat reaktif dan mudah marah. “Jadi mungkin peristiwa Priok kemarin itu karena kita terlalu banyak mengkonsumsi produk-produk makanan dari pupuk kimia,” kelakar Mentan.
Untuk mengurangi membanjirnya produk-produk pertanian berpupuk kimia, Mentan mengatakan, mulai tahun ini pemerintah menjalankan program pembuatan Unit Pengolahan Pupuk Organik (UPPO). UPPO diberikan kepada kelompok tani di sentra-sentra produksi pertanian.
Rencananya, kata Mentan, Kementerian Pertanian mengajukan anggaran untuk pembuatan 10 ribu unit UPPO. “Tapi yang disetujui baru ratusan, mungkin ini karena program UPP belum nyambung dengan Kementerian Keuangan,” imbuhnya.
Untuk satu unit UPPO lengkap, setidaknya dibutuhkan anggaran mencapai Rp 350 juta. Anggaran itu digunakan untuk pembelian sapi, rumah kompos, dan peralatan pengubah bahan-bahan alami menjadi pupuk kompos.
Direktur Merchandising dan Marketing PT Matahari Putra Prima Tbk, Meshvara Kanjaya, menambahkan, guna mengkampanyekan penggunaan pupuk organik juga dibutuhkan peran industri hilir atau lini pemasaran produk.
Tanpa adanya saluran pemasaran yang bagus bagi produksi-produksi pertanian organik, kata Meshvara, maka petani malas mengembangkan komoditas tanaman yang tidak laku di pasaran. ''Karena umumnya produk-produk pertanian organik ini relatif lebih mahal dari produk-produk anorganik, karena itu butuh dukungan masalah pemasarannya,'' tandasnya.