Rabu 19 May 2010 03:07 WIB

Katak Hidung Panjang dan Puluhan Spesies Baru Ditemukan di Papua

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON--Menemukan spesies binatang baru merupakan hal istimewa bagi ilmuwan dan lebih baik lagi jika binatang tersebut mendekati lokasi perkemahan tempatnya ditemukan.

Hal itu dialami salah seorang oleh tim peneliti internasional  ketika berkemah di gunung Foja, Indonesia yaitu seorang Herpetologist, Paul Oliver yang melihat seekor katak duduk di sebuah tas berisi beras di lokasi perkembahan.

Setelah diamati, katak tersebut adalah tipe hidung panjang yang belum pernah diketahui sebelumnya. Ketika katak itu bersuara, hidungnya maju ke depan namun akan memendek ketika binatang tersebut tidak aktif.

"Kami semua sedang duduk bersama untuk makan siang," ujar Ornithologis, Chris Milensky. Kemudian, tutur Chris, Oliver melihat ke bawah dan katak kecil itu berada diatas tas beras dan dia segera menangkapnya.

"Oliver memiliki refleks yang bagus. Dia juga menangkap tokek, dia berhasil loncat dan menangkapnya dari pohon," ujar Chris.

Selain itu, para ilmuwan juga melaporkan penemuan spesies kangguru terkecil, tikus raksasa dengan bulu tebal, burung merpati tiga warna dan tokek bermata kuning dengan bentuk unik.

Gunung Foja berada di bagian barat kepulauan Papua, bagian dari Indonesia yang masih sedikit dikunjungi oleh para ilmuwan dalam beberapa tahun terakhir.

Kelompok konservasi internasional atau Conservation International dengan dukungan dari National Geographic Society dan Smithsonian Institution mulai menyelidiri kawasan tersebut.

Hasilnya, ekspedisi tersebut diumumkan Senin (17/5). Milensky mengatakan ekspedisi tersebut sangat sulit. "Disana sangat basah, hujan deras setiap hari. Lokasi perkemahan berubah menjadi tanah berlumpur," ujarnya.

Kurator mamalia dari Smithsonian National Museum of Natural History mengatakan, salah satu binatang yang memukai yang diamati oleh peneliti adalah spesies kanguru langka yang berwarna keemasan yang hidup di pohon.

Sebagian orang berpikir, kanguru adalah binatang yang hidup di daratan Australia, namun kanguru yang satu itu telah beradaptasi dengan kehidupan di hutan. "Binatang itu bisa meloncat dan berjalan cepat diatas pohon. Namun, di tanah dia akan meloncat seperti kanguru," ujar Helgen.

Helgen juga mengutarakan penemuan mengenai spesias kanguru terkecil yang mungkin pernah ditemukan yaitu walabi mungil yang beradaptasi hidup di hutan.

Diketahui Papua dan Australia dulu merupakan wilayah yang sama dengan bentuk kehidupan yang sama, namun kemudian masing-masing penghuninya beradaptasi dengan kondisi saat ini.

Peneliti juga merasa terkejut ketika seorang ornithologist, Neville Kemp melihat sepasang dari merpati yang memiliki bulu yang berbeda di tiap bagian tubuhnya yaitu abu-abu, putih dan warna lain. Selain itu juga ditemukan lusinan jenis serangga baru.

Penelitian itu juga melibatkan ilmuwan Indonesia sebagai bagian dari Conservation International Rapid Assessment Program, yang menugaskan para tim peneliti untuk menghabiskan waktu selama 3-4 minggu untuk meneliti mengenai kehidupan biologi di kawasan tertentu.

Berbagai gambar dan hasil penelitian itu juga ditayangkan pada majalah National Geographic edisi Juni.

"Sementara binatang-binatang dan tumbuhan mulai punah di seluruh dunia, di sebuah tempa yang tidak pernah terlihat selama jutaan tahun, penemuan itu merupakan bentuk kehidupaan yang memukau juga sebagai kabar positif," ujar Bruce Beehler, Peneliti sekaligus ilmuwan senior sekaligus partisipan eksplorasi tersebut dalam sebuah penyataan.

"Tempat semacam ini mewakili masa depan yang sehat untuk semua orang dan menunjukkan tidak ada kata terlambah untuk menghentikan semakin banyaknya spesies yang punah," pungkasnya.

sumber : AP
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement