Ahad 23 May 2010 04:39 WIB

Atas Nama Pembangunan, Keragaman Hayati Banyak Dikorbankan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Posisi Indonesiasebagai salah satu negara megabiodiversity di dunia mulai terancam.  Pengikisan keanekaagaman hayati, mulai dari genetik, spesies sampai ekosistem terus terjadi. Bahkan, menurut  Puji Sumedi Hanggarawati, Program Officer Agroecosystem Yayasan Kehati, keanekaragaman hayati kerap dikorbankan atas nama pembangunan.

"Dengan balutan pemenuhan pangan dan mensejahterakan rakyat, kebijakan yang mengarah erosi sumber daya genetik terus dilahirkan termasuk akses masyarakat lokal terhadap kenakeragaman hayati," ujarnya, saat dimintai komentar seputar Hari Keanekaragaman Hayati yang jatuh pada hari ini.

Ia mencontohkan Kabupaten Merauke. Kabupaten seluas 45.075 km2, akan di kembangkan sebagai  lumbung  food dan enegy state atau yang dikenal dikenal dengan Merauke Integrated Food and Energy Estate. Menurut rencana, lebih dari 1,28 juta hektar  kawasan, termasuk hutan, akan disulap menjadi areal lumbung pangan dan energi untuk memenuhi kebutuhan pangan dan energi masyarakat.  "Sekilas, proyek ambisius tersebut sangatlah idea, namun, seharusnya kita lebih arif melihatnya secara holistik," ujarnya.

Dari sisi lingkungan, akan terjadi alih fungsi lahan besar-besaran. "Food and Agriculture Organization (FAO) dan IUCN, menyatakan pertanian modern dan komersial menjadi salah satu ancaman terjadinya  erosi keanekaragaman hayati, tingkat genetik, spesies dan ekosistem. Bahkan lebih jauh terhadap sistem pangan lokal masyarakat setempat," jelasnya.

Masuknya introduksi tanaman pangan jenis baru dan cenderung monokultur, input pupuk kimia  yang akan dijejalkan ke dalam tanah untuk mengejar produktivitas akan menyebabkan  hilangnya keragaman sumber daya  genetik lokal. Selanjutnya, kata dia, kegiatan masif tersebut akan merubah sistem alamiah  seperti siklus air, oksigen, dan karbondioksida untuk  pemeliharaan kesuburan tanah secara dahsyat pula.  

Menurut aktivis lingkungan ini, kini saatnya pemerintah menengok kembali rencana tata ruang wilayah, strategi dan rencana aksi keanekaragaman hayati 2003-2030 (dokumen IBSAP)  yang disusun Bappenas dan para stakeholder sebagai upaya konservasi. "Perlu mempertimbangkan secara seksama dampak perubahan bentang alam yang ditimbulkan dari setiap proyek pembangunan yang dilakukan," tambahnya.  Harapannya, proyek ini tak mengulang sejarah kegagalan proyek lahan gambut sejuta hektar yang menjadi bencana ekologis.  

Indonesia termasuk  negara LMMC (Like Minded Megadiverse Countries) atau negara yang kaya akan keanekaragaman hayati. Dalam konteks pembangunan, Presiden RI  mendorong paradigma green economy untuk menjamin keberlangsungan kehidupan di bumi dengan melakukan perubahan ekonomi dan pelestarian lingkungan dengan green economy. Menurut SBY, pada pidatonya di Nusa Dua dalam pertemuan UNEP, pendekatan pembangunan harus berpihak pada masyarakat miskin yang berorientasi pada masyarakat miskin (pro poor) penciptaan lapangan kerja (pro job), pertumbuhan (pro-growth), dan tetap pro environment  atau yang lebih dikenal dengan pembangunan berkelanjutan.

Terkait dengan posisi Indonesia sebagai surga keanekaragaman hayati, Puji berharap janji pemerintah  itu bukan jargon semata.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement