Selasa 22 Jun 2010 02:24 WIB

Ekosistem Hutan Sekitar Danau Toba Kian Kritis

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kerusakan ekosistem hutan di sekitar Danau Toba di Sumatera Utara dalam tingkat mencemaskan. Penggundulan hutan di sana, bukan hanya menghilangkan keindahan alam, tetapi juga mengakibatkan permukaan air Danu Toba tidak stabil dan cenderung menurun

Anggota DPR RI Nurdin Tampubolon di Jakarta, Senin mengatakan ekosistem hutan itu harus segera dipulihkan agar proyek penting di sepanjang Sungai Asahan tidak terancam hancur. Ia menyatakan sangat prihatin dengan perambahan dan penggundulan yang terjadi di kawasan hutan sekitar Danau Toba.

Penggundulan hutan, kata dia bisa berdampak fatal, yakni mengancam kelangsungan proyek di sepanjang sungai Asahan, antara lain, pabrik aluminium maupun Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Asahan 1, II, III, IV dan V.

"Penggundulan hutan mengakibatkan tidak stabilnya debit air Danau Toba, bukan hanya mencoreng wajah pariwisata, tetapi sudah mengancam kelangsungan seluruh proyek Asahan," kata Nurdin Tampubolon berkaitan dengan temuan Komisi VI DPR RI yang melakukan kunjungan spesifik ke Inalum Kuala Tanjung, pekan lalu.

Wakil rakyat dari daerah pemilihan Sumatera Utara (Sumut) 1 ini memperkirakan kerusakan hutan penyangga di sekitar kawasan Danau Toba akibat kegiatan pemanfaatan hutan yang berkisar 70 hingga 80 persen. Nurdin, yang juga Ketua DPP Partai Hanura menegaskan, perambahan itu bukan hanya disebabkan pembalak liar, tetapi pemanfaatan hutan oleh perusahaan tertentu sehingga memperparah kerusakan dan penggundulan hutan.

Penggundulan hutan di kawasan Danau Toba, kata dia, telah mengancam kehidupan masyarakat yang bermukim di pinggiran Danau Toba. Pada musim hujan tiba, sebagian besar daerah yang berada di sekitar kawasan danau terancam bencana alam, seperti banjir bandang dan longsor, sebagaimana yang belum lama ini menimpa masyarakat Desa Sabulan dan Desa Rangsang Bosi, Kecamatan Sitio-tio Kabupaten Samosir.

"Selama ini, kita belum pernah mendengar Samosir dilanda banjir bandang. Jadi kita sangat terkejut ketika melihat kenyataan bahwa Samosir dilanda banjir bandang dan tentu penyebab utamanya adalah hutan yang gundul, sehingga tidak ada lagi yang menyerap air," kata Nurdin Tampubolon.

Nurdin memperkirakan, penggundulan hutan juga sebagai salah satu penyebab utama tidak berfungsinya proyek PLTA Lau Renun di Dairi. Beberapa sungai yang selama ini mengalir menggerakkan turbin PLTA Lau Renun tidak bisa diharapkan lagi karena debit air sungai-sungai itu sudah tidak memadai untuk menggerak turbin.

Dia membeberkan, berdasar data yang ia terima, dari 260.154 hektare daerah tangkapan air Danau Toba, sebagian besar sudah menjadi lahan kritis atau mengalami penurunan kualitas lingkungan. Nurdin meminta pemerintah mengambil sikap tegas dan berani untuk bisa mengatasi penggundulan hutan di sana.

"Jangan hanya menangkap pembalak liar, tetapi keberadaan perusahaan yang diberi hak pemanfaatan hutan perlu ditinjau. Bila perlu perusahaan itu dipindahkan ke daerah lain," tegas Nurdin. "Selama ini, selalu menjadi kontoversi di masyarakat. Jadi tidak ada ruginya jika perusahan itu dipindahkan, apa lagi masyarakat kurang mendapatkan manfaat," katanya.

sumber : Ant
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement