REPUBLIKA.CO.ID, SAO PAULO--Ratusan penguin muda yang berenang dari lautan es Antartika dan Patagoina ditemukan terdampar mati di pantai Rio de Janeiro. Ilmuwan juga masih menginvestigasi apa yang menyebabkan kematian sekitar 500 unggas laut di pantai Sao Paulo itu.
Berdasar otopsi yang telah dilakukan di beberapa bangkai hewan, mereka mengatakan para penguin itu bisa jadi kelaparan karena perut mereka kosong sepenuhnya. Mereka juga mencoba membuktikan apakah arus laut kuat dan temperatur lebih dingin menjadi penyebab utama.
Sementara, seorang dokter hewan dari Kebun Binatang Niteroi, Thiago Muniz, meyakini penangkapan ikan diluar batas telah memaksa para penguin itu berenang lebih jauh untuk menemukan makanan. "Dan itu membuat mereka tak berdaya saat disergap arus laut yang kuat," ujarnya
Niteroi, kebun binatang terbesar di Sao Paulo pun telah menerima sekitar 100 ekor penguin untuk dirawat tahun ini. "Banyak dari mereka pula yang terpapar minyak. Polusi juga bisa menjadi faktor" kata Muniz.
Namun, seorang pakar biologi, Erli Costa, dari Federal University, Rio de Janiero, memperkirakan pola cuaca ikut memberi peran. "Saya pikir kadar polutan yang ada tak cukup tinggi hingga berdampak cepat pada burung-burung itu. Alih-alih, kita menyaksikan lebih banyak penguin muda sakit karena pemanasan global," ujarnya.
Pemanasan global, kata dia, mempengaruhi arus laut dan menciptakan lebih banyak putaran air. "Membuat laut lebih keras."
Ia mengatakan sejumlah besar penguin yang datang ke pantai adalah burung-burung muda yang baru saja keluar sarangnya. Mereka sering kali belum mampu berhadapan dengan arus laut sangat kuat saat berenang mencari makan
Setiap tahun sekitar 100 hingga 150 penguin datang ke pantai Sao Paulo, namun dalam kondisi hidup dengan rata-rata per tahun, hanya sekitar 10 ekor yang mati terdampar. Tahun ini ilmuwan mengaku cemas karena jumlah kematian begitu tinggi dan terjadi dalam waktu yang singkat.